Page 213 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 213
Dr. Irving Finkel
Agung, di mana kapal dewa Nabu ada dalam sebuah arak-
arakan pemujaan yang menyusuri jalanan utama di Babilonia
dan kabinnya, hinnu, cukup jelas digambarkan di sana).
Kapten A. Hasīs membicarakan tentang kabin-kabin dalam
bentuk jamak, dan kata kerja yang digunakan adalah rakāsu,
‘mengikat’, atau ‘menjalin’, menunjukkan bahwa mereka
setidaknya sebagian terbuat dari alang-alang bukannya kayu.
Atra-hasīs mengatakan kepada kita bahwa dia memasangnya
di atas dan di bawah, yakni di dek atas dan dek bawah. Kita
tidak mungkin melangkah terlalu jauh dari tanda itu jika kita
memahami kabin-kabin ini sama dengan rumah-rumah kecil dari
ikatan alang-alang di rawa-rawa selatan yang telah dibicarakan
dalam Bab 6, terutama yang berada di dalam sebuah lingkaran
pagar dengan binatang-binatang bermalas-malasan, mengambang
pelan-pelan.
TABLET BAHTERA: ATAP
Kita bisa sama-sama yakin bahwa Bahtera itu memiliki atap.
Pada baris 45 Atra-hasīs naik ke atas sana untuk berdoa kepada
Dewa Bulan, dan kita tahu dari petunjuk-petunjuk dalam tiga
catatan serupa tentang Air Bah yang dikutip dalam Bab 7
bahwa bahtera-bahtera itu akan diberi atap seperti Apsû, yang
menunjukkan adanya sebuah bentuk lingkaran hitam yang
selaras dengan model-model Mesopotamia untuk Apsû kosmis,
perairan di bawah bumi. (Bagaimanapun, pada tingkat yang
berbeda, tanpa atap, hujan dan air laut akan masuk ke dalam
perahu.) Untuk implikasi tentang susunan dan bahan-bahannya
lihat Lampiran 3.
TABLET BAHTERA: ASPAL
http://facebook.com/indonesiapustaka membuat perahu kedap air, bagian dalam dan luar, sebuah
Tahapan berikutnya sangat penting: penggunaan aspal untuk
pekerjaan yang harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh
mengingat muatan dan kemungkinan kondisi cuaca. Kata Akkadia
utama untuk aspal adalah ittû, yang masih bertahan dalam
nama modern Hít, sumber alam aspal paling terkenal di Irak
202

