Page 153 - My FlipBook
P. 153
Isu-Isu Keummatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal
Dari pengalaman kolektif masa lampau kita diharapkan akan dapat
melihat benang merah pemihakan Allah kepada perilaku sejarah tertentu,
sebab dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah tidak bersikap netral dalam
sejarah. Dia sepenuhnya berpihak, berpihak kepada mereka yang telah
berhasil mengembangkan nilai-nilai takwa dan nilai-nilai kebajikan. Allah
(QS. an-Nahl: 128) menegaskan pemihakan itu dengan kalimat yang serba
pasti.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-
orang yang berbuat kebaikan. (an-Nahl 128)
Dalam ayat ini jelas kiranya bahwa ‘pemihakan’ Allah dalam sejarah
pelu ‘dipancing’ dengan nilai-nilai takwa dan nilai-nilai kebaikan. Dalam
perspektif ini, maka dakwah yang benar adalah dakwah yang mampu
menggerakkan masyarakat untuk secara sadar mengembangkan nilai-nilai
luhur yang menjadi pancaran iman itu. Takwa dan ihsan (nilai-nilai baik)
hanyalah dapat dipahami dalam konteks iman. Iman itulah yang memberikan
fondasi spiritual yang solid (kukuh) kepada perilaku takwa dan perbuatan baik
itu. Dalam ungkapan lain, perilaku dan kerja-kerja yang tidak punya dasar
spiritual-imani tidak bernilai sama sekali (QS. al-Kahfi: 103-105), sekali pun
tampaknya hebat dan canggih.
Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang
yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan
mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu
orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur
terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan
mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan)
mereka pada hari kiamat. (al-Kahfi 103-105)
141