Page 204 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 204

Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang



                     Cairan tulang belakang pada semua korban tampak bening,

                     bukan keruh. Ini membuat para dokter semakin menjauh dari

                     diagnosis meningitis.

                             Setelah melakukan pungsi lumbal, ketiga dokter berkumpul
                     dan berbagi pendapat. Mereka memikirkan kesan klinis yang

                     hampir sama pada semua pasien. Gejalanya konsisten dengan

                     tetanus akut. Mereka menanyai penjaga kamp apakah ada

                     penyuntikan seminggu yang lalu. Penjaga kamp membenarkan
                     dan mengatakan bahwa pada pekan sebelumnya semua korban

                     telah disuntik vaksin. Penjaga tersebut menunjukkan ampul

                     kosong yang telah dibuang berlabel Vaksin Tifus, Kolera,

                     Disentri (TCD) yang diproduksi di Lembaga Pasteur, Bandung

                     –namanya  ketika  itu  diubah  menjadi  Boeki  Kenkyujo dan
                     sepenuhnya dioperasikan oleh dokter-dokter militer Jepang.

                             Meskipun terdapat banyak sekali korban pada hari

                     pertama itu, para dokter merasa bahwa mereka hanya dapat

                     memberikan bantuan medis kepada sebagian kecil romusha
                     yang telah divaksin tetapi belum menunjukkan gejala tetanus.

                     Di tempat itu juga dibuat pengaturan untuk mengevakuasi

                     sekitar 90 korban ke rumah sakit pendidikan Ika Daigaku di

                     Salemba untuk terapi antitetanus. Angkutan segera disiapkan

                     dan para romusha langsung dibawa ke rumah sakit untuk
                     dirawat. Dalam waktu pendek, mereka juga menunjukkan

                     gejala-gejala klasik tetanus, memperkuat dugaan ketiga dokter,

                             Pada mulanya, para romusha ini tampak mudah

                     tersinggung dengan staf rumah sakit, tetapi itu tentu karena

                     melihat teman-teman mereka menunjukkan tanda-tanda tetanus


                                                           175
   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209