Page 205 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 205
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
yang mengerikan. Mereka menyaksikan teman-teman mereka
gelisah tanpa alasan jelas. Kemudian, banyak dari mereka
juga menunjukkan ekspresi wajah aneh yang terlihat seperti
senyuman, tetapi tidak ada sesuatu yang membuat mereka
tersenyum. Dalam dunia kedokteran, ekspresi seperti itu disebut
sardonicus, tanda tetanus akut. Hanya beberapa jam kemudian,
mereka tersungkur ke lantai dan seluruh tubuhnya melengkung
aneh, jari-jari tangan dan kaki mereka mencengkeram erat.
Melihat penderitaan 90 romusha yang baru dirawat ini, semua
yang hadir di rumah sakit menyadari bahwa sesuatu yang sangat
salah telah terjadi di Klender.
Di rumah sakit pendidikan berdiri, para romusha yang
dirawat ditempatkan di bangsal yang sama. Beberapa prajurit
Jepang berdiri di situ, tidak benar-benar berjaga, tetapi sekadar
mengawasi kedatangan dan kepergian staf. Sedikit sekali
anggota keluarga yang diberi tahu, dan hampir tidak ada yang
rumahnya dekat dengan dari rumah sakit. Para dokter telah
memberikan serum antitoksin tetanus dan membesarkan hati
para pasien. Akan tetapi, apa hendak dikata, dalam waktu kurang
dari 24 jam, semua romusha yang dirawat meninggal karena
gagal pernapasan yang menyakitkan saat tetanus mencekik.
Setidaknya para pasien ini benar-benar telah mendapatkan
perawatan dan penghiburan dari staf di rumah sakit. Ratusan
orang yang meninggal secara tersiksa di Klender jauh lebih
tidak beruntung. Tidak lama setelah 90 orang di rumah sakit
menunjukkan gejala khas tetanus, para dokter menelepon kamp
Klender dan meminta mereka segera mengirim para romusha
176