Page 233 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 233
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
Untuk kedua kalinya saya disuruh menandatangani surat pengakuan
Prof. Mochtar. Sesaat itu jelaslah bagi saya, bahwa segala itu adalah
bikin-bikinan dari pihak Jepang saja. Lagi terjadilah perdebatan,
di mana saya kemukakan bahwa itu tidak benar. Sebab saya tidak
membikin/menyimpan toxin. Prof. Mochtar tidak mungkin
membikin toxin sendiri, karena alat-alatnya tidak ada di bahagian
Bakteriologi, terutama bacterikaars, yang disimpan oleh Sdr. Soewarto
di bahagian serologi.
Keterangan saya ini ternyata mengakibatkan ditangkapnya Sdr.
Soewarto, tetapi tidak ditawan, sudah barang tentu soal bacterikaars.
Mungkin karena ia tidak mengaku, ia mendapat ganjaran yang
bukan main hebatnya. Saya tetap pada pendirian saya, tidak
mau menandatangani surat pengakuan Prof. Mochtar, dengan
mengemukakan: “Bila Prof. Mochtar sudah mengakui sedemikian,
silahkan beliau menandatangani sendiri.”
Saya melihat anggota-anggota tim tersebut pada gelisah, tetapi
pemimpinnya tuan Marimoto marah-marah terhadap saya, karena
saya tidak dapat menuruti kehendaknya maka mereka pada umumnya
membenci kepada saya.
Pada suatu hari ada pembesar Jepang yang akan meninjau tempat
tawanan. Maka semua tawanan dikeluarkan dari sel-selnya dan
diperbolehkan duduk-duduk di halaman berumput. Pada kesempatan
itu saya memberanikan diri bercakap-cakap dengan Prof. Mochtar
yang antara lain mengatakan kepadaku dalam Bahasa Belanda: “Ze
willen my hebben. Ik zal zorgen, dat jullie allemaal eruiitgaan, maar
ik.” (Mereka menghendaki saya sebagai yang bersalah, saya akan
mengusahakan supaya kalian semua keluar dari sini, tetapi saya …
(disambung dengan gerakan menggerakkan tangannya ke jurusan
leher, seolah-olah berkata potong leher). Lagi-lagi saya mengagumi
kebesaran jiwa Prof. Mochtar, sebab ini berarti beliau mengorbankan
diri demi keselamatan bawahannya semua.
Setelah adanya berita tentang pengakuan Prof. Mochtar, teman-teman
saya seperkara satu persatu dibebaskan. Sudah barang tentu hal ini
204