Page 17 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 17

yang tidak kalah kejamnya. Dia seorang wanita, cantik dan tak ada yang tahu

               berapa  usianya.  Kelihatannya  cantik,  rambutnya  panjang  harum  dan  selalu

               membawa sebuah payung, kelihatannya lemah dan membutuhkan perlindungan.

               Akan tetapi, seperti iblis pertama, semua kecantikan dan kelemah-lembutannya

               itu menyembunyikan watak yang sesungguhnya, watak yang lebih keji dan kejam

               daripada iblis sendiri." "Lo-enghiong, harap saja Lo-enghiong tidak memburuk-

               burukkan orang lain seperti itu. Aku tidak percaya."


               Kakek  itu  menarik  napas  panjang  lalu  bangkit  berdiri.  "Aku  sudah  memberi

               peringatan  kepadamu  Sin-tong.  Dan  kalau  kau  mau,  marilah  kau  ikut  aku

               bersembunyi di tempat aman sehingga tidak ada seorang pun yang tahu. Setelah

               keadaan benar aman barulah kau kembali kesini. Aku mendengar berita angin

               bahwa dua iblis itu sedang menuju ke Jeng-hoa-san mencarimu."  Namun Sin

               Liong menggeleng kepala "Aku dibutuhkan oleh penduduk pedusunan si sini, aku

               tidak pergi kemana-mana, Lo-enghiong."

               "Hemmm, sudahlah! Aku sudah berusaha memperingatkanmu. Mudah-mudahan


               saja benar-benar tidak terjadi seperti yang kukhawatirkan. Dan lebih-lebih lagi
               mudah-mudahan aku tidak akan terluka lagi seperti ini, sehingga kalau kau benar-


               benar  sudah  tidak  berada  lagi  di  sini,  aku  payah  mencari  obat.  Selamat
               tinggal,Sin-tong  dan  sekali  lagi  terima  kasih."."Selamat  jalan,  Lo-enghiong,


               semoga lekas sembuh."

               Orang itu berjalan menyeret kakinya yang terluka, baru belasan langkah menoleh

               lagi  dan  berkata,  "Benar-benarkah  kau  tidak  mau  ikut  bersamaku  untuk

               bersembunyi, Sin-tong?"


               Sin  Liong  tersenyum  dan  menggeleng  kepala  tanpa  menjawab.  "Sin-tong,

               siapakah namamu yang sesungguhnya?"

               "Aku disebut Sin-tong, biarpun aku merasa seorang anak biasa, aku tidak tega

               menolak sebutan itu. Kau mengenalku sebagai Sin-tong, itulah namaku."






                                                           16
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22