Page 21 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 21

maupun kaum sesat. Karena itu, dalam pertemuan ini, serahkan saja kepadaku

               untuk mewakili kalian semua!"


               Karena maklum bahwa dia tidak boleh melanggar perintah gurunya dan bahwa

               twa-suheng ini selain paling lihai juga merupakan seorang yang mewakili Suhu

               mereka,  Kwat  Lin  mengangguk  biarpun  bibirnya  yang  merah  tetap  cemberut

               tidak puas. Dia merasa tidak puas melihat sikap jerih yang diperlihatkan para

               suhengnya.  Cap-sha  Sin-hiap  mempunyai  nama  besar  di  dunia  kang-ouw,

               disegani kawan ditakuti lawan, masa sekarang berhadapan dengan seorang tokoh

               sesat saja kelihatan gentar? Suara nyanyian itu makin keras, tanda bahwa jarak di

               antara mereka dengan kakek itu makin dekat. Dengan ilmu meringankan tubuh

               yang  hampir  sempurna,  tiga  belas  orang  pendekar  Bu-tong-pai  itu  dan  dapat

               menyusul dan berkelebatlah tubuh  mereka, dari kanan kiri dan atas, tahutahu

               mereka telah berdiri menghadap di depan kakek pengemis dengan sikap keren

               dan gagah sekali.

               Kakek pengemis itu masih melanjutkan nyanyiannya sambil berdiri memandang,


               dan  ketika  pandang  matanya  bertemu  dengan  wajah  Kwat  Lin,  dia  tidak
               meyembunyikan  kekagumannya.  Setelah  nyanyiannya  berhenti,  barulah  dia


               tersenyum dan berkata, "Eh-eh, apakah kalian ini serombongan pemain akrobat
               yang hendak menjual kepandaian? Aku seorang pengemis tidak mempunyai uang


               untuk membayar upah kalian!"."Harap Locianpwe tidak berpura-pura lagi. Kami

               tahu bahwa Locianpwe adalah Pat-jiukai-pangcu (Ketua Perkumpulan Pengemis

               Delapan  Lengan)  yang  terhormat.  Locianpwe  adalah  tokoh  terkenal  yang

               berjuluk Pat-jiu Kai-ong, bukan?" Kakek yang mukanya kelihatan sabar dan baik

               hati  itu  tersenyum,  senyumnya  juga  simpatik  dan  ramah.  Tiga  belas  orang

               pendekar Bu-tong-pai itu yang hanya baru mengenal nama kakek sakti kaum

               sesat  ini,  diam-diam  merasa  heran  bahkan  sangsi  apakah  benar  mereka

               berhadapan dengan Patjiu Kai-ong yang kabarnya kejamnya seperti iblis, karena

               kakek ini kelihatan halus tutur sapanya dan begitu ramah! "Ha..ha..ha, sungguh




                                                           20
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26