Page 55 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 55

"Lebih baik menjadi muridku. Aku Thian-he Te-it Ciang Ham, di kolong dunia

               nomor  satu  dan  ketua  dari  Kang-jiupang  di  Secuan.  Menjadi  muridku  berarti

               menjadi  calon  manusia  terpandai  di  kolong  langit!"  "Siancai...siancai..!

               Kaudengarlah mereka semua itu, Sin-tong. Semua hendak mengajarkan ilmu silat

               dan  memamerkan  kekayaan  duniawi,  tidak  seorangpun  yang  hendak

               mengajarkan  kebatinan  kepadamu.  Akan  tetapi  pinto  (aku)  ingin  sekali

               mengambil murid kepadamu, hendak pinto jadikan engkau seorang calon Guru

               Besar Kebatinan. Kau berbakat untuk itu, siapa tahu, kelak engkau akan memiliki

               kebijaksanaan besar seperti Nabi Lo-cu sendiri, dan engkau menjadi seorang nabi

               baru. Kau jadilah murid Lam-hai Seng-jin, Sin-tong!"


               Hening sejenak. Semua mata ditujukan kepada bocah yang masih duduk bersila

               seperti arca dan yang tidak pernah menjawab kecuali mengangkat muka sebentar

               memandang  orang  yang  membujuknya.  Kemudian  terdengar  suaranya,  halus

               menggetar dan penuh duka. "Terima kasih kepada Cuwi Locianpwe. Akan tetapi

               saya  tidak  dapat  ikut  siapapun  juga  di  antara  Cuwi  karena  di  balik  semua

               kebaikan Cuwi terdapat kekerasan dan nafsu membunuh sesama manusia.

               Tidak, saya tidak akan turut siapapun, saya lebih senang tinggal disini, di tempat


               sunyi  ini.  Harap  Cuwi  sekalian  tinggalkan  saya,  saya  akan  mengubur  mayat-
               mayat yang patut dikasihani ini." "Wah, kepala batu! Kalau begitu, aku akan


               memaksamu!"  kata  Tee-tok  yang  berwatak  berangasan  dan  kasar.  "Eh,  nanti

               dulu! Siapa pun tidak boleh mengganggunya!" bentak Thian-tok. "Siancai...sabar

               dulu semua! Jelas bahwa bocah ajaib ini tidak mau memilih seorang diantara kita

               secara  sukarela.  Karena  itu,  tentu  kita  semua  ingin  merampasnya  secara

               kekerasan.  Maka  harus  diatur  sebaik  dan  seadil  mungkin.  Kita  bukan  kanak-

               kanak,  kita  adalah  orang-orang  yang  telah  menghimpun  banyak  ilmu,  maka

               sebaiknya kalau kita sekarang masing-masing mengeluarkan ilmu dan mengadu

               ilmu.  Siapa  yang  keluar  sebagai  pemenang,  tentu  saja  berhak  meimiliki  Sin-

               tong," kata Lam-hai Seng-jin yang lebih sabar daripada yang lain.




                                                           54
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60