Page 116 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 116

Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat  97


                  Terjadinya Revolusi Sosial di Medan tahun 1946 dan di
              Bulungan pasca G 30 S/PKI serta munculnya beberapa Negara
              Bagian di Sumatera, Jawa, dan Indonesia Timur pada periode
              Revolusi Fisik hingga  pembentukan Republik Indonesia
              Serikat  semakin menguatkan  anggapan itu. Persoalan
              psikologis  politik  tersebut masih berlanjut ketika kembali
              ke Negara Kesatuan. Ratno Lukito mengatakan bahwa
              “keberadaan institusi selain institusi negara dapat dianggap
              sebagai saingan negara dan oleh karena itu kekuatan hukum

              yang dimiliki masyarakat (selain negara) harus dilenyapkan”.
                                                                  47
              Tak ayal lagi, perhatian terhadap pranata adat seperti tanah
              ulayat  tidak  mendapat  perhatian dan dianggap  sebagai
              penghambat dalam pembangunan nasional.
                  Meskipun  demikian, “aspek  substantif hukum

              adat  masih  dianggap sebagai sumber  pembentukan
              hukum nasional”,  sebagaimana  tercantum  pada TAP
                               48
              MPRS No.  II/MPRS/1960  tentang  Garis-Garis  Besar  Pola
              Pembangunan Nasional  Semesta Berencana  Tahapan
              Pertama 1961-1969.  Dalam Lampiran B. III.  Bidang
              Pemerintahan dan Keamanan/Pertahanan, angka 22 TAP
              tersebut menegaskan: “Pembinaan Hukum Nasional
              agar berlandaskan pada hukum adat yang sesuai dengan
              perkembangan kesadaran  rakyat Indonesia  dan  tidak

              menghambat terciptanya masyarakat adil dan makmur”.




              47  Ratno Lukito, 2008, op.cit., hlm. 247.
              48  ibid, hlm. 247.
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121