Page 179 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 179

di mana terdapat makam Ki Jaga Laut,  adalah lokasi pal-
                                                   53
             ing nyata untuk melihat bagaimana pertarungan klaim rakyat
             dengan counter claim Lembaga Pemasyarakatan berlangsung
             (disini hanya disinggung sangat sedikit). 54



                 53  Ki Jaga Laut adalah nenek moyang masyarakat Kampung Laut.
             Menurut cerita rakyat berabad lalu, Nusakambangan merupakan tempat
             para penjaga laut yang ditempatkan oleh Mataram Islam sekitar 1500
             Masehi untuk menjaga perairan selatan dari bajak laut maupun kedatangan
             pasukan bangsa Eropa. Penjaga laut tersebut dipimpin oleh empat demang,
             yaitu Demang Wirayuda, Wangsengrona, Udasana, dan Wirasura. Mereka
             menjaga di sepanjang Pulau Nusakambangan yaitu di Limusbuntu,
             Kembangkuning, Lempongpucung, dan Klapakerep. Ketika Nusakam-
             bangan jatuh di tangan Belanda dan dijadikan pulau penjara, berpindah-
             lah para penjaga laut ini ke tengah laut Segara Anakan. Mereka menem-
             pati Karangkobar, Motean, Panitenan, Klaces (keempatnya adalah bagian
             dari desa Ujungalang), Karanganyar, Cibereum (Desa Ujunggagak), Bugel,
             Panikel, Muara Dua (ketiganya adalah bagian dari Desa Panikel).
             Perkampungan tersebutlah yang kemudian berkembang menjadi tiga desa
             Kampung Laut.
                 54  Fikri juga memberikan penjelasan dalam tulisannya yang belum
             sempat dipublikasikan bahwa semua kejadian di atas kawasan Tanah
             Timbul dan sekitarnya khususnya di wilayah Klaces dan Nusakambangan
             dimulai dari cerita seorang tahanan politik G30S/PKI, seperti Dardjo
             adalah salah seorang mantan penghuni Lembaga Pemasyarakatan
             Nusakambangan di tahun 1982-an. Ia pulang ke kampungnya di Motean,
             lalu menceritakan pada keluarga, saudara, dan kawan-kawan lamanya
             mengenai pembukaan lahan di Nusakambangan. Menurut ceritanya, ada
             lebih dari 600 napi yang dikerahkan oleh Lembaga Pemasyarakatan untuk
             membabad hutan guna membuka lahan pertanian. Informasinya memang
             tidak jelas mengenai awal waktu dari pembabad-an oleh para napi tersebut.
             Per 20 orang dari 600 orang napi dipimpin oleh seorang mandor napi. Ia
             menunjuk Tanah Timbul di bagian timur yang berdekatan dengan Lembaga
             Pemasyarakatan Nusakambangan sebagai lokasi pembabadan, gerumbul
             Pasuruanlah yang dimaksudnya. Ia kemudian menganjurkan agar orang-
             orang yang mendengarkan ceritanya tersebut masuk ke lahan tersebut,
             sebab hutan sudah terbuka. Ia mengatakan bahwa paling-paling hanya
             ada alang-alang sebab lokasi bukaan tersebut baru ditinggalkan para napi
             sekitar 2 tahun lalu. Dengan demikian dapat diperkirakan waktu
             berakhirnya pengelolaan lahan oleh Lembaga Pemasyarakatan dengan
             mengerahkan para napi, yaitu sekitar tahun 1980. Berdasar cerita tersebut,
             dimulailah penyusuran kembali lahan bukaan tersebut sekitar tahun 1983.

             165
   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184