Page 199 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 199
dianggap sebagai berkah yang luar biasa.
Namun kondisi pasir yang mudah longsor membuat
warga kesulitan mengambil air setiap saat. Maka, berbagai
macam eksperimentasi untuk mengatasi longsoran pasir
tersebut terus diusahakan. Awalnya warga mencoba membuat
dinding sumur dari anyaman kelapa berkerangka bambu
(gronjong) bahkan dengan kain sarung. Cara ini pada mulanya
cukup membantu. Akan tetapi timbul masalah baru, angin
pantai yang membawa serta garam ternyata dapat mengering-
kan tanaman warga. Maka, mulailah para petani pesisir
memagari hamparan ladangnya dengan anyaman daun
kelapa. Dengan pupuk, teknologi dan teknik pengolahan per-
tanian yang sederhana sudah cukup membawa dan mampu
membantu warga pesisir pantai memperbaiki keadaan,
setidaknya untuk dua tahun berikutnya.
Pada tahun 1987-1989, sumur berdinding gronjong tra-
disional mulai diganti dengan sumur berdinding semen dan
dilengkapi dengan timba. Pekerjaan menimba menjadi lebih
ringan dari sebelumnya ketika masih harus mengangkut air
ke atas. Simpanan penghasilan warga yang mulai cukup di-
kumpulkan secara gotong royong digunakan untuk memper-
baiki pengairan dalam jangka waktu dua tahun.
Pada tahun 1990-1992, petani pesisir Kulon Progo mulai
memikirkan cara pengairan yang lebih menghemat tenaga,
yaitu dengan sumur renteng. Sumur induk yang sudah dibikin
warga sebelumnya, dilengkapi dengan sumur-sumur kecil
yang dihubungkan oleh pipa, yang pada awalnya terbuat dari
bambu lalu kini berganti menjadi pipa plastik. Dengan adanya
sumur-sumur penampung ini, petani pesisir tidak harus bolak-
balik ketika menyiram tanaman. Bahkan akhirnya setelah
cukup dana dan kemampuan warga dengan bergotong-royong
mampu membeli pompa air untuk mengangkut air dari sumur
induk. Kini, umumnya kelompok tani pesisir telah mengem-
bangkan penyiraman dengan selang, tanpa sumur renteng lagi.
185