Page 203 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 203
secara sosial-ekonomi yang dialami Wong Cubung berbalik
secara drastis sejak ditemukannya teknik pengolahan lahan
pasir. Pak Sukarman dan diikuti beberapa kelompok tani di
desa Bugel dan sekitarnya pada mulanya hanya melakukan
eksperimentasi kecil-kecilan mengolah lahan pasir dengan
pupuk kandang, sebab ia terinspirasi atas temuan satu pohon
cabe yang tetap hidup di lahan pasir dekat pantai. Setelah
bertahun-tahun mencoba pengolahan lahan pasir dengan
pupuk kandang sebagai pengikat dan ditambahkan dengan
obat-obat kimia yang sesuai kebutuhkan tanaman palawija
ternyata dapat berhasil. Sejak tahun 1985 kemudian penge-
tahuan dan teknologi itu menyebar di sekitar desa-desa pesisir.
Pada tahun 1990-an telah menjadi model pertanian lahan pasir
di seluruh pesisir Kulon Progo, dengan tanaman utamanya
cabe keriting dan semangka.
Sudah banyak jenis tanaman pangan yang diujicobakan
di lahan pasir, dari padi, kedelai, jagung kacang-kacangan,
segala umbi-umbian, beragam buah-buahan: jeruk, melon,
blewah dan lain-lain, serta segala macam sayur mayur bisa
tumbuh dengan sehat. Namun, hasil nilai jual di pasaran
masih rendah. Hingga eksperimentasi para petani pesisir
inipun berlanjut mencoba jenis tanaman lain yang orientasinya
menjadi tanaman unggulan. Sejak ditemukannya cabe keriting
dengan jenis Lado dan Helik yang prosesnya juga cukup
panjang, setelah menyeleksi dan mencoba jenis cabe kriting
lainnya, kemudian buah semangka sebagai produk unggulan
petani pesisir, mayoritas petani pesisir cenderung menanam
keduanya sebagai produk unggulan (khususnya di desa
Garongan dan Bugel). Meskipun dalam prakteknya model
tanam tumpang sari dengan tanaman sayur mayur dan
palawija lainnya tetap dilakukan, seperti kacang panjang, sawi,
terong dan sebagainya, namun tanaman tersebut hanya untuk
tambahan saja. Atau menurut bahasa warga “sekedar untuk
tambahan beli pulsa”. Sebab, bagaimanapun warga Garongan
189