Page 202 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 202
wilayah PAG memang ada, tapi tidak seluas yang dibayang-
kan dan dituduhkan oleh pihak pemerintah daerah dan para
(pendukung proyek penambangan pasir besi). Maka, dengan
pemahaman hukum pertanahan dan agraria yang lambat laun
warga miliki, dengan merujuk pada UUPA 1960 tentang tanah
65
absentee dan swapraja, mereka semakin berani menuntut
hak untuk mengelola lahan tersebut. Dengan diperkuat oleh
UUPA 1960, yang menghapuskan hak Kolonial dan Swapraja
atas tanah-tanah di Indonesia, dan kemudian warga pesisir
juga mengetahui bahwa pihak Paku Alaman sebagai Swapraja
yang mengaku memiliki “lahannya” yang justru ditelantar-
kan lebih dari 30 tahun lamanya, sehingga tanah tersebut
boleh diambil alih bagi para petani yang menggarapnya. Dasar
historis penggarapan dan dukungan hukum dari UUPA 1960
inilah yang menjadi salah satu argumen penolakan warga
pesisir atas proyek penambangan pasir besi di pesisir Kulon
Progo.
Sejarah Pengolahan Lahan Pasir
Sebagaimana dijelaskan di muka, pengetahuan dan tek-
nologi pengolahan lahan pasir merupakan temuan petani
pesisir sendiri. Dari satu kondisi kehidupan yang serba miskin
dan tertinggal kemudian sejak tahun 1985, pengetahuan hasil
eksperimentasi tanpa lelah akhirmya menunjukkan hasil.
Lahan pasir yang sebelumnya kering dan tandus dapat diubah
menjadi lahan subur yang bisa ditanami beragam tanaman
pangan, palawija dan buah-buahan yang dapat menjadi pro-
duk unggulan . Kemiskinan ekonomi dan ketertinggalan
66
65 Simak UUPA 1960.
66 Secara Lebih detail sejarah penemuan pengetahuan dan teknologi
pertanian lahanpasir ini telah di dokumentasikan dalam sebuah film yang
mengangkat kisah biografi Pak Sukarman dengan Judul “ Menyebar Asa
di Pasir” (sebuah Film Dokumenter), oleh Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
UNS.
188