Page 200 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 200

Menurut keterangan dari petani pesisir,  pada tahun
                                                       64
           1995, Menteri Pertanian sempat berkunjung dan membawa
           serta para pakar dan perwakilan kelompok tani dari seluruh
           Indonesia untuk belajar dari pengalaman petani pesisir meng-
           ubah lahan tandus menjadi lahan produktif. Satu tahun
           berikutnya, Universitas Gadjah Mada melakukan penelitian
           untuk membantu menanggulangi angin dengan menanam
           cemara udang, sebagai benteng pertahanan menggantikan
           peran gumuk pasir yang telah berubah menjadi hamparan
           palawija. Kehadiran para ilmuwan kampus ini cukup mem-
           bantu petani pesisir Kulon Progo meningkatkan produksi dan
           keuntungan pertanian mereka. Pada saat teknologi sederhana
           dan tepat guna diterapkan, seperti mulsa (penutup tanah)
           jerami dan pelapisan tanah liat di bawah permukaan ladang
           pasir membuat tanaman mereka lebih sehat dan subur.
                Bisa dibayangkan kesenangan dan kebahagiaan warga
           atas hasil pertanian mereka, ketika harga cabe di tingkat petani
           Rp. 7000,- /kg saja, pendapatan petani pesisir bisa mencapai
           per bulan (3-4 kali panen) 5-10 juta rupiah. Padahal harga
           cabe belakangan ini rata-rata Rp. 15.000/ kg. Maka tak heran,
           menurut pengakuan para petani pesisir tersebut, mereka
           mampu meningkatkan taraf hidup serta kepercayaan diri seba-
           gai warga pesisir yang dulunya miskin. Selain itu petani Pesisir
           kini juga mampu menyekolahkan anak-anak mereka sampai
           jenjang perguruan tinggi, dengan harapan generasi mendatang
           tak perlu lagi mengulang sejarah kemiskinan di pesisir Kulon
           Progo dulu.
                Dampak lainnya, keberhasilan pengelolaan tanaman
           cabe ini membuat para pemuda di desa lebih memilih untuk
           menetap di desanya ketimbang migrasi ke kota, sebab lahan
           pasir kini telah menjanjikan penghidupan. Sebagian pemuda


               64   Presentasi dan Diskusi Petani Pesisir Kulon Progo di Sajogyo
           Institute (SAINS) Bogor, tanggal 19 November 2008.

                                                                 186
   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205