Page 205 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 205
dibuat di bawah sumur utama dipasang bambu-bambu panjang
yang telah dilobangi tengahnya untuk menghubungkan ke
sumur-sumur lain untuk ditimba airnya dan disiramkan
dengan cara manual dengan gembor ke tanaman-tanaman
cabe. Tahap keempat, dibuat sumur renteng yang mengguna-
kan asbes. Pada tahap ini sumur-sumur renteng lebih kuat
arena telah dibuat dengan asbes yang memagari sumur-sumur
tersebut, sehingga tak mudah runtuh kembali dan menjaga
agar air tetap tergenang banyak. Tetapi menyiramnya masih
menggunakan gembor. Tahap kelima, sumur dengan paralon.
Setelah melalui usaha-usaha untuk memudahkan mendapat-
kan air para petani melirik paralon sebagai pengganti bambu-
bambu dan sumur asbes. Dengan pompa air dan paralon yang
saling menghubungkan akhirnya air dapat dipompa keluar
dan mudah dialirkan dan diambil untuk disiramkan ke tana-
man. Tahap keenam, siram dengan selang. Semakin hari petani
berusaha memudahkan untuk menyiram tanaman cabe
mereka yang memang membutuhkan siraman tiap hari. Saat
mengenal selang, mereka tak lagi menggunakan gembor.
Dengan paralon yang lebih rapi dan saling menghubungkan
di titik-titik tertentu sepanjang luas lahan yang ada, mereka
memasang selang panjang yang di ujungnya diberi semacam
sower yang bisa menjadi alat siram pengganti gembor.
Sehingga sampai saat ini, dengan cadangan air tawar yang
cukup dan peralatan siram selang paralon ini sangat dimudah-
kan dan tercukupi untuk menyirami tanaman cabe mereka.
Belakangan ini mereka mulai melirik modal penyiraman tana-
man yang dikembangkan untuk tanaman buah naga di daerah
Glagah yang memakai teknologi siraman yang berputar
sendiri ala siraman rumput kebun untuk diujicobakan. Sayang
masih tergolong mahal, sehingga belum banyak yang
mencoba.
Faktor penting lainnya yang mendukung peningkatan
produktifitas cabe keriting dan semangka di desa Bugel dan
191

