Page 206 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 206
Garongan serta beberapa desa di sekitar pesisir Kulon Progo
adalah keberadaan jalan untuk transportasi mengangkut hasil
pertanian yang menembus dari jalan utama ke lahan garapan
dan pemajekan warga.
Sebelumnya para petani sangat kesulitan untuk meng-
angkut hasil panen mereka, sehingga membuat banyak petani
tidak maksimal untuk menanam beragam tanaman di lahan
pasir mereka (baik pemajekan maupun garapan). Berkat kerja
keras, negosiasi dan tekanan beberapa tokoh kelompok tani
ke pihak pemerintah desa (Garongan dan Bugel), ke keca-
matan Panjatan, kabupaten hingga provinsi untuk menyuara-
kan pentingnya keberadaan jalan ini, akhirnya berhasil juga.
Jalan makadam (dengan batu putih) dibangun untuk
memudahkan transportasi dari lahan warga ke jalan raya.
Mereka menyebut jalan ini sebagai ‘jalan usaha tani’. Sebagian
besar jalan usaha tani ini berada di Desa Bugel dan Garongan.
Pemerintah setempat sempat menolak pembangunan jalan
ini dengan alasan akan memperluas lahan pertanian warga di
tanah Paku Alaman Ground. Namun, akhirnya warga tetap
diberi keleluasaan untuk membangun jalan tersebut, sebagian
dana pembangunan berasal dari pemerintah sementara para
petani bergotong-royong membangun secara swadaya. Dengan
dibangunnya jalan usaha tani tersebut warga pesisir sekarang
semakin dimudahkan untuk mengangkut hasil panen dan
hasil bumi ke jalan utama, sesuatu yang cukup menyulitkan
pada masa sebelumnya, yang membuat banyak petani enggan
bersungguh-sungguh menggarap lahan garapan mereka.
Meningkatnya hasil pertanian semakin membuat wila-
yah pesisir terkenal di kalangan pemasok sayuran. Banyak
pedagang datang dan langsung membeli produk yang baru
dipanen. Khususnya hasil utama panen, cabe keriting. Untuk
menjaga kesetabilan harga di pasaran, khususnya cabe keri-
ting ini masyarakat pesisir menemukan sistem lelang. Sistem
lelang ini dimulai dari gagasan Pak Sudiro (Ketua Kelompok
192