Page 241 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 241

sebesar­besarnya, Ibu. Ujar beliau, padanya tak boleh ada lebih
                 dari satu Siung Wanara. Biarlah yang berjari sepuluh dibesar­
                 kan orang lain. Bukankah di desa ini ada satu pasangan yang
                 baru  saja  kehilangan  seorang  putra?  Suhubudi  menyertakan
                 sebuah  amplop  besar  berisi  uang  untuk  diberikan  kepada
                 orangtua angkat bayi itu.

                     Di  desa  itu  ada  suami  istri  yang  baru  saja  kehilangan
                 putra  tunggal  mereka.  Parlan  dan  Mentel  namanya.  Si  lelaki
                 bekerja sebagai buruh penambang batu atau penyadap air nira,
                 bergantung  pada  musimnya.  Si  perempuan  dulunya  adalah
                 seorang  pesinden.  Mereka  adalah  salah  satu  di  antara  warga
                 paling miskin di desa. Parlan dan Mentel baru saja kehilangan
                 anak semata wayang mereka. Ajisaka, nama anak itu, berumur
                 enambelas  tahun  ketika  ia  memutuskan  untuk  menggantung
                 diri di pohon randu di pertengahan jalan antara gubuk mereka
                 dan  sekolah.  Orang  desa  berpendapat  nama  anak  itu  terlalu
                 berat.  Samar­samar  Parlan  dan  Mentel  mengatakan  bahwa
                 Ajisaka  bunuh  diri  karena  patah  hati.  Cintanya  ditolak  oleh
                 seorang gadis teman sekelas.
                     Pada hari mereka mengenang seratus harian putra mere­
                 ka, bukan dengan perayaan melainkan dengan memberi makna
                 pada puasa—sebab sudah terlalu sering mereka puasa karena
                 memang tak ada yang dimakan, Parlan dan Mentel kedatang­
                 an  juru  kunci  mataair  desa.  Nyi  Manyar  membawa  sesosok
                 bayi  yang  dibedong  dengan  kain  flanel  hijau  muda  seperti
                 ulat. Katanya pada pasangan itu. “Ada yang menitipkan bayi di
                 mataair ketigabelas seperti tiga tahun lalu ada yang menitipkan
                 bayi di mataair ketigabelas.”
                     Parlan dan Mentel menerima orok itu.
                     “Namanya Kupukupu,” ujar Nyi Manyar.
                     Kepada  siapa  bayi  yang  pertama  diberikan?  Mentel  ber­
                 tanya.


                                                                        231
   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246