Page 362 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 362

mereka yang memakai alat yang dialogis. Yang datang dari sifat
               satria dan wigati. Sifat­sifat yang tidak memegahkan diri.”
                   Suhubudi, ayah angkat Parang Jati, tidak menyukai lelaki
               berdahi hitam itu. Barangkali karena itu ia melarang putranya
               mengikuti  program  beasiswa  yang  mereka  tawarkan.  Tapi,
               barangkali juga Suhubudi berpikir bahwa dana pendidikan itu
               memang harus jatuh kepada yang membutuhkan: Kupukupu,
               yang cerdas namun dibesarkan oleh pasangan miskin—Parlan si
               penderes nira pencangkul batu dan Mentel si mantan pesinden.
               Maka, berangkatlah Kupukupu meninggalkan desanya. Setelah
               ilmu dan imannya dibina oleh lelaki berdahi hitam itu.
                   Tak ada yang tahu apa yang terjadi pada Kupukupu ketika
               berkelana di Jepang atau Jerman. Ia pulang dengan nama baru.
               Farisi.
                   Tapi  barangkali  inilah  yang  terjadi  pada  dia,  seperti  ter­
               jadi  pada  tak  sedikit  mahasiswa  Indonesia  di  luar  negeri.
               Kemiskinan  membuat  mereka  gentar  pada  kemewahan  ne­
               geri  tamu.  Negeri  maju,  yang  juga  tak  punya  waktu  untuk
               menghormati orang asing sebagai tamu. Kau tahu, kegentaran,
               jika tidak diakui dengan besar hati, melahirkan kebencian. Tapi
               bayangkanlah engkau datang ke sebuah negeri di mana semua
               harga adalah sepuluh kali lipat di tanah airmu. Kau memiliki
               uang  di  tanganmu.  Untuk  belajar  dan  sedikit  bersenang­
               senang.  Sedikit  saja.  Tapi  yang  sedikit  sekali  itu  pun  sangat
               berharga jika dikirim ke tanah air untuk orangtuamu. Untuk
               memperbaiki  rumah  atau  bahkan  membangun  gedung  batu
               bagi  mereka,  menggantikan  gubuk  gedek.  Maka,  daripada
               engkau  bergaul  dengan  pemuda­pemudi  setempat,  pergi  ke
               bar atau kedai kopi untuk mencicipi hidup keseharian mereka,
               barangkali  juga  pacaran  dan  tidur  bersama  mereka,  lebih
               baik  engkau  menyimpan  uang  sakumu.  Kau  pakai  sesedikit
               mungkin.  Untuk  belanja  di  supermarket  termurah  yang  di­
               kelola  orang  Bangladesh.  Kau  masak  sendiri.  Tidak.  Engkau


            3 2
   357   358   359   360   361   362   363   364   365   366   367