Page 429 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 429
Melalui Parang Jati akhirnya aku tahu apa sesungguhnya
perkara serius yang dibicarakan tadi. Masalah itu berhubungan
juga dengan misteri, tekateki, dan rahasia—tiga hal yang
dicampur aduk, dan dengan demikian ditumpulkan, oleh kun
tilanak dalam akuarium.
Berhembuslah desasdesus mengenai gelombang pem
bunuhan misterius di Tanah Jawa. Di masa ini.
Ah, sebelum kuteruskan, kita mempunyai sedikit persoal
an bahasa di sini. Kata benda, wahai pembaca, tak pernah
bisa diubah menjadi kata sifat tanpa mengubah sebagian
maknanya. Juga sebaliknya. Pendeknya, setiap kata tak bisa
diubah menjadi kelas kata lain tanpa pergeseran arti. Sejak
awal kukatakan itu. “Membagi” tak bisa menjadi “pembagian”
tanpa berubah maksud. Silakan buka kembali contohku itu di
awal. Kini, “misteri” pun tidak sama dengan “misterius”.
Misteri adalah rahasia yang jawabannya tak akan pernah
bisa kau raih. Jadi, kalau ada tekateki bodoh dan kau tak bisa
temukan jawabannya, bukan berarti tekateki itu adalah mis
teri atau tetap misteri sampai kau bisa menemukan jawaban
nya. Kalau kau tak bisa jawab, itu artinya kau bodoh, gitu saja.
Contohnya: kukuruyuk, begitulah bunyinya; kakinya bertan
duk, hewan apa namanya?
Misteri tak akan pernah bisa kau kuasai jawabannya. Tapi,
misterius bukanlah sifat dari jawaban yang tak bisa kau raih
itu. Contohnya: Tuhan adalah misteri. Tapi, anehnya, kita tak
bisa bilang bahwa Tuhan itu misterius. Sebab, misterius adalah
sifat seolaholah misteri. Misterius adalah sifat berahasia. Di
dalamnya bukannya tak ada jawaban yang tak bisa dipegang
seperti dalam misteri.
Begitulah, Parang Jati mengisahkan kepadaku mengenai
desasdesus tentang gelombang pembunuhan misterius yang
telah berlangsung tiga tahun ini. Misterius, karena pelakunya
1