Page 514 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 514
Farisi terdiam juga sebentar. Wajahnya tampak sangat
tidak senang.
Parang Jati memanfaatkan itu. Katanya, “Kenapa kamu
tersandung pada bilangan satu?”
Tapi seseorang menempeleng dia lagi. Sebab orang itu tak
pernah menyebut “kamu” pada pemimpinnya.
Tapi, mana yang lebih dekat kepada misteri: satu, atau
nol?
Lalu para interogator itu mengalihkan persoalan. Menge
nai pernyataan Parang Jati bahwa agama tidak dibutuhkan
jika penderitaan tidak ada lagi. Bahwa di surga orang tak butuh
agama. Dan bahwa para agamawan suka mengadaadakan
penderitaan agar mereka memiliki peran di bumi ini. Bahwa
ulama harus dikembalikan ke barak. Mereka marah bahwa
agama monoteis mereka yang mulia itu dibilang harus belajar
kepada agamaagama Timur. Mereka membawa koran itu
dan mencoba membuat Parang Jati menelan katakatanya,
menjejalkan artikel itu ke mulutnya, sehingga Farisi mendesis
lagi dan mengangkat tangannya dengan anggun bagaikan
Panembahan Senapati, dan melarang kekejian itu berlangsung,
dan demikianlah ia menjadi mulia karena belas kasihnya pada
Parang Jati. Matamata Mur Jangkung.
Akhirnya, kepada sahabatku diajukan tuduhan utama.
Bahwa ia memimpin aliran sesat. Kesalahannya ada dua. Perta
ma, ia mencampuradukkan ajaran agama dengan kepercayaan.
Ia melakukan sinkretisme, sehingga menimbulkan kerancuan
ajaran. Kedua, dan ini yang sangat berat, ia melakukan ritual
sesat dengan menggunakan mayat. Mempersembahkan mayat
kepada rohroh jahat dan kerajaan Nyi Ratu Kidul.
Kau tak bisa membayangkan apa yang aku rasakan. Dan
aku tak hendak mengisahkan segala rinci sebab semua itu
terlalu menyakitkan bagiku. Aku tak hendak mengulangi segala
0