Page 91 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 91
bukan pemikir, tidak sertamerta membantahnya.
Ia berkata dengan suara membujuk, tak seperti ketika
berdua dengan aku waktu kemudian. “Pemanjatan kotor itu
boleh. Tapi hanya cocok untuk militer. Karena, tujuan mereka
memang berperang dan menaklukkan. Yang ditaklukkan ada
lah musuh. Yaitu, sesuatu di luar tebing itu sendiri. Bagi
militer, tebing hanyalah medan yang harus ditempuh untuk
mencapai target lain. Kita tahu caracara militer dan intelijen:
serang, hancurkan, perkosa. Caracara militer memang tidak
membutuhkan dialog.
“Tapi pemanjat sejati harus berdialog dengan tebingnya.
Sebab, yang ia ingin taklukkan tak lain adalah tebing itu
sendiri. Pemanjat sejati baru berhasil memanjat jika ia tidak
merusak tebingnya. Jika ia merusak tebing, apa bedanya ia
dengan begundal?
“Perampok atau serdadu itu memperkosa. Tapi seorang
satria atau gentleman sejati bersetubuh dengan perempuan
dalam hubungan dialogis.”
Setiap kali memakai seks sebagai tamsil aku merasa Parang
Jati sedikit kikuk dan mencari dukungan moral dariku. Dalam
hati aku bilang, hey, jangan membuat aku seperti bersekong
kol denganmu, dong! Mentangmentang kau pernah dengar
suara persetubuhan aku dengan Marja. Aku sendiri belum
sepenuhnya bersepakat tentang pemanjatan kotor dan bersih
ini. Aku mengaduh ketika seseorang mengeluarkan serpihan
kotoran dari lukaku.
“Kalau kita mengebor dan memaku, kenapa tidak mem
buat tangga sekalian, dan memasang hiasan, patung dan lam
pu, seperti yang dilakukan para birokrat pariwisata terhadap
goagoa dan kawahkawah sehingga hilang alamiahnya? Kalau
kita merusak tebing, apa pula lebihnya kita dari serdadu?”
“Lebihnya, kita adalah instruktur mereka,” sahutku sinis
melucu.
1