Page 105 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 105

Bayi itu akhirnya lahir ketika Alamanda nyaris berumur dua tahun,
              dan Dewi Ayu memberinya nama Adinda, seperti nama gadis dalam
              novel yang ia baca.

              Setelah beberapa bulan tinggal di rumah Mama Kalong, ia mulai
              memikirkan harta karunnya, yang kini tertimbun tai di dalam tabung
              pembuangan toilet rumah lamanya, dan terutama ia harus memiliki
              kembali rumah itu. Rumah tempatnya kini tinggal telah menjadi tem-
              pat pelacuran baru, dengan gadis-gadis bekas pelacur Jepang di zaman
              perang. Mama Kalong berhasil menemukan gadis-gadis yang tak berani
              pulang ke rumah dan memutuskan untuk tetap bersamanya, menjadi
              putri-putri dalam Kerajaan Mama Kalong, dan bergerombol mengisi
              kamar-kamar di rumah itu. Beberapa ten tara KNIL merupakan pelang-
              gan setia mereka. Mama Kalong masih mengizinkan Dewi Ayu dengan
              kedua anaknya menempati salah satu kamar, tanpa harus melacurkan
              dirinya kembali, sampai kapan pun. Dewi Ayu menerima baik kebaikan
              hati Mama Kalong, namun bagaimanapun, ia tetap berkeyakinan rumah
              pelacuran bukanlah tempat yang baik bagi pertumbuhan anak-anak
              kecilnya, dan ia bersikeras harus kembali ke rumahnya yang dulu.
                 Ia tak perlu menjadi pelacur, sebab ia masih punya enam cincin
              yang ditelannya selama perang. Ia menjual salah satunya pada Mama
              Kalong, yang berhias batu giok, dan hidup dengan uang itu. Bahkan ia
              bisa membeli kereta bayi bekas yang dijual di toko rongsokan. Dengan
              kereta bayi itulah, untuk pertama kali Dewi Ayu membawa kedua anak-
              nya menelusuri jalanan Halimunda kembali. Si kecil Adinda berbaring
              di bawah tudungnya, sementara Alamanda duduk di belakang adiknya
              mengenakan sweater dan penutup kepala. Dewi Ayu dengan rambut
              disanggul ke atas, mengenakan gaun panjang dengan tali di pinggang,
              kedua kantong pakaiannya dipenuhi botol susu si kecil Adinda dan sapu
              tangan serta popok, dengan tenang berjalan mendorong kereta bayi.
                 Jalanan sangat lengang, tak banyak orang berkeliaran. Ia men dengar
              desas-desus sebagian besar lelaki dewasa pergi ke hutan un tuk ber gerilya.
              Ia hanya melihat seorang tukang cukur tua di pojok jalan, tampaknya
              bakalan mati karena bosan menunggu pe langgan. Se le bih nya ia hanya
              melihat prajurit-prajurit KNIL menjaga kota sambil mem baca koran

                                           98





        Cantik.indd   98                                                   1/19/12   2:33 PM
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110