Page 110 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 110

di Sumatera. Ola masih melanjutkan kencannya dengan salah seorang
                 prajurit Inggris, dan mereka bahkan telah bertunangan. Mereka akan
                 kawin tahun ini juga, tanggal 17 Maret, di gereja St. Mary. Dewi Ayu
                 sama sekali tak bisa datang untuk menghadiri pesta mereka, ia hanya
                 mengirimkan beberapa foto kedua anak kecilnya, dan hanya menerima
                 foto-foto perkawinan mereka. Ia memajang foto itu di dinding rumah,
                 agar Ola bisa melihatnya jika suatu ketika ber kun jung.
                    Setelah sebagian besar urusan rumah selesai, ia mulai memikirkan
                 penggalian harta karun tersebut. Ia telah memercayai tukang kebunnya
                 yang bernama Sapri, maka ia memanggilnya dan menceritakan ren cana
                 penggalian lubang toilet. Sebab tanpa itu ia tak akan bisa membayar
                 Mirah dan Sapri, katanya. Pada hari itu juga si tukang kebun menda-
                 tangkan linggis dan cangkul, dan Dewi Ayu ikut menyingsingkan le-
                 ngan kemejanya, mengenakan pantalon kakeknya, dan ikut membantu
                 Sapri membongkar lantai dan tanah sepanjang saluran air menuju
                 tabung pembuangan. Satu-satunya yang membuat pekerjaan mereka
                 tak terganggu, toilet tersebut tampaknya tak lagi dipergunakan selama
                 perang. Mereka tak akan bertemu tai hangat yang masih bau, kecuali
                 tanah penuh cacing yang sangat gembur.
                    Mereka bekerja seharian sementara Mirah menemani kedua anak-
                 nya. Mereka hanya berhenti di waktu-waktu sejenak untuk makan dan
                 melepas lelah, sebelum terus membongkar beton dan mengaduk-aduk
                 sisa tai yang telah menjadi tanah. Tapi mereka tam paknya tak akan me-
                 nemukan apa pun, kecuali cacing tanah yang menggeliat-geliat marah.
                 Dewi Ayu percaya bahwa mereka telah mengeluarkan semua kotoran
                 dari tabung pembuangan, namun tetap saja ia tak menemukan semua
                 perhiasan yang pernah dibuangnya. Tak ada kalung dan gelang emas,
                 yang ada hanya gundukan tanah membusuk, cokelat dan bau lembab.
                 Ia tak percaya semua perhiasan itu ikut membusuk bersama tai, maka
                 ia segera meninggalkan pe kerjaannya dengan putus asa, sambil meng-
                 gerutu:
                    ”Tuhan telah mencurinya.”


                 Di zaman revolusi, banyak semboyan gagah berani diserukan orang atau
                 ditulis di dinding-dinding di sepanjang jalan, pada spanduk-spanduk

                                             103





        Cantik.indd   103                                                  1/19/12   2:33 PM
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115