Page 111 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 111

yang membentang, atau bahkan sekadar di buku catatan anak sekolah.
              Hal ini memberi Mama Kalong gagasan untuk memberi nama tempat
              pelacurannya dengan semangat yang sama, yang tam paknya mewakili
              jiwanya sendiri. Beberapa nama pernah ia per gunakan, seperti ”Bercinta
              atau Mati”, sebelum diganti menjadi ”Sekali Bercinta tetap Bercinta”,
              namun akhirnya disepakati bahwa nama tempat pelacurannya adalah
              ”Bercinta Sampai Mati”.
                 Nama itu seringkali terbukti kebenarannya. Seorang prajurit KNIL
              mati saat bercinta, dipenggal seorang tentara gerilya. Lalu se orang geril-
              yawan mati saat bercinta, ditembak tentara KNIL. Dan seorang pe lacur
              juga mati di tengah percintaan, setelah dicium lama dan kesulit an ber-
              napas.
                 Di sanalah Dewi Ayu menjadi pelacur. Ia tak tinggal di ”Bercinta
              Sampai Mati”, bagaimanapun, sebab ia punya rumah. Ia hanya pergi
              waktu senja datang dan kembali ke rumah ketika pagi tiba. Lagi pula ia
              punya tiga anak gadis yang harus diurus: Alamanda, Adinda, dan Maya
              Dewi yang lahir tiga tahun setelah Adinda. Jika malam hari, anak-anak
              itu ditemani oleh Mirah, namun di siang hari ia meng urus anak-anak
              itu sebagaimana seorang ibu umumnya. Ia me ngirimkan anak-anak itu
              ke sekolah terbaik, bahkan me ngi rim kannya pula ke surau untuk belajar
              mengaji pada Kyai Jahro.
                 ”Mereka tak boleh jadi pelacur,” katanya pada Mirah, ”kecuali atas
              keinginan mereka.”
                 Ia sendiri tak pernah sungguh-sungguh mengaku bahwa ia menjadi
              pelacur karena keinginannya sendiri, sebaliknya, ia selalu mengatakan
              bahwa ia menjadi pelacur karena sejarah.
                 ”Sebagaimana sejarah menciptakan seseorang jadi nabi atau kaisar,”
              yang ini ia katakan pada ketiga anaknya.
                 Ia adalah pelacur paling favorit di kota itu. Hampir semua lelaki
              yang pernah ke tempat pelacuran, menyempatkan tidur paling tidak
              sekali bersamanya, tak peduli berapa pun uang yang harus mereka
              ba yarkan. Bukan karena mereka telah terobsesi lama untuk meniduri
              perempuan Belanda, tapi karena mereka tahu Dewi Ayu seorang pen-
              cinta yang baik. Tak seorang pun memperlakukannya secara kasar
              sebagaimana biasa mereka lakukan pada pelacur lain, sebab jika itu

                                           104





        Cantik.indd   104                                                  1/19/12   2:33 PM
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116