Page 114 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 114

nya merupakan satu-satunya perempuan yang memperoleh kemalangan
                 itu: ia akhirnya bunting. Istri sang bupati mengetahui hal tersebut, dan
                 demi nama baik ia mengusirnya tanpa peduli bahwa ibu dan bapaknya
                 dan kedua nenek dari kedua pihak dan ibu serta ayah dari neneknya te-
                 lah mengabdi di keluarga tersebut selama bertahun-tahun. Tanpa bekal
                 apa pun ke cuali jabang bayi di dalam perutnya, perempuan malang itu
                 me nerobos hutan dan tersesat di Gunung Gede. Ia ditemukan oleh
                 Empu Sepak, seorang pendekar tua yang membantunya melahirkan,
                 da lam keadaan sekarat di bawah pohon enau.
                    ”Beri ia nama Maman sebagaimana ayahnya,” kata perempuan itu,
                 ”ia anak haram jadah bupati itu.” Si perempuan mati sebelum melihat
                 anaknya lebih lama. Si pendekar tua yang dibuat sedih oleh zaman yang
                 berubah, membawa pulang anak tersebut.
                    ”Kau akan jadi pendekar penghabisan,” katanya pada si bayi.
                    Ia merawatnya dengan baik, memberinya makan sama cukup dengan
                 memberinya latihan. Ia bahkan telah menggembleng bocah itu sebelum
                 ia bisa berjalan, dengan merendamnya di air dingin dan memanggang-
                 nya di bawah matahari siang. Ketika ia masih tertatih-tatih berjalan, ia
                 telah melemparkannya ke sungai dan memaksanya untuk bisa berenang.
                 Pada umur lima tahun, percayalah, ia merupakan bocah paling kuat di
                 seluruh permukaan bumi. Maman Gendeng, begitulah kemudian nama-
                 nya, telah mampu menghancurkan se bong kah batu menjadi butiran
                 pasir yang lembut dengan tangan kosong. Berbeda dari tradisi semua
                 guru, Empu Sepak mengajarkan semua ilmu yang ia miliki pada bocah
                 itu, tanpa sisa. Ia mengajarinya semua jurus, memberikan semua jimat,
                 dan bahkan mengajarinya me nulis dan membaca bahasa Sunda kuno
                 sama baiknya dengan bahasa Belanda dan Melayu serta tulisan Latin.
                 Ia bahkan mengajarinya memasak, seserius mengajarinya meditasi.
                    Ketika ia berumur dua belas tahun, Empu Sepak mati. Kini wak tu-
                 nya untuk membalas dendam terhadap ayah kandungnya itu. Setelah
                 menguburkan si lelaki tua dan berkabung selama seminggu, ia turun
                 gu nung dan memulai pengembaraannya. Itu waktu yang hampir ber-
                 sa maan dengan datangnya tentara-tentara Jepang dan permulaan
                 perang. Ia tak menemukan si ayah di rumahnya, sebab keluarga tersebut
                 telah porak-poranda dimakan perang. Bupati itu melarikan diri setelah

                                             107





        Cantik.indd   107                                                  1/19/12   2:33 PM
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119