Page 112 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 112

dilakukan, lelaki-lelaki lain akan mengamuk bagaikan perempuan itu
                 istri mereka. Tak pernah semalam pun ia tak memperoleh tamu, mes-
                 ki pun ia sangat membatasi hanya tidur dengan seorang lelaki dalam
                 semalam. Untuk sikap eksklusifnya, Mama Kalong memberi tarif mahal
                 bagi siapa pun yang menginginkan tubuhnya. Itu memberi keuntungan
                 tambahan bagi perempuan tua yang tak tidur di malam hari tersebut.
                    Jika Mama Kalong bagaikan ratu di kota itu, maka Dewi Ayu adalah
                 putri. Keduanya memiliki selera yang nyaris sama dalam ber penampilan.
                 Mereka jenis perempuan-perempuan yang merawat tubuh dengan baik,
                 dan berpakaian bahkan jauh lebih sopan daripada perempuan-perem-
                 puan saleh mana pun. Mama Kalong suka mengenakan jarik batik tulis
                 yang didatangkannya langsung dari daerah Solo dan Yogyakarta serta
                 Pekalongan, dengan kebaya dan rambut disanggul. Bahkan demikianlah
                 penampilannya di tempat pelacuran, kecuali di saat santai ia hanya
                 mengenakan semacam das ter longgar. Sementara Dewi Ayu menyukai
                 gaun-gaun bermotif, yang dipesan dari seorang penjahit langganan,
                 yang menjiplaknya persis dari halaman mode majalah perempuan.
                 Bahkan perempuan-perempuan saleh secara diam-diam banyak belajar
                 kepadanya ba gaimana merawat tubuh dan berpakaian.
                    Mereka adalah sumber kebahagiaan kota. Tak ada satu pun acara
                 penting di kota itu yang tak mengundang mereka. Bahkan pada setiap
                 peringatan hari kemerdekaan, ia duduk bersama Mayor Sadrah, wali-
                 kota, bupati, dan tentu saja Sang Shodancho ketika ia telah keluar
                 dari hutan. Bahkan meskipun perempuan-perempuan saleh sangat
                 mem benci keduanya karena mereka tahu suami-suami mereka ada di
                 ”Bercinta Sampai Mati” jika menghilang di malam hari, memberi sapa-
                 an ramah di hadapan mereka (dan mencibir di belakang).
                    Hingga suatu hari seorang lelaki berniat memiliki sendiri sang putri,
                 pelacur bernama Dewi Ayu itu. Ia bahkan berniat me nga wininya. Tak
                 seorang pun berani melawan kehendak lelaki tersebut, sebab ia konon
                 tak bisa dikalahkan dengan cara apa pun. Lelaki itu bernama Maman
                 Gendeng.
                    Kebahagiaan lelaki Halimunda tampaknya harus berakhir, dan
                 senyum lebar untuk istri-istri dan kekasih-kekasih mereka.



                                             105





        Cantik.indd   105                                                  1/19/12   2:33 PM
   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117