Page 113 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 113
rang-orang masih mengingat dengan baik bagaimana lelaki itu
Oda tang ke Halimunda di suatu pagi yang ribut, ketika ia ber kelahi
dengan beberapa nelayan di pantai. Waktu itu Dewi Ayu masih hidup,
dan mereka mengenang semua cerita tentang si preman tersebut sama
baik nya dengan pengetahuan mereka mengenai kisah-kisah dalam
kitab suci. Ketika ia masih sangat muda, Maman Gendeng merupa-
kan seorang pendekar dari generasi terakhir, murid satu-satunya Empu
Sepak dari Gunung Gede. Di akhir masa kolonial, dengan sia-sia ia
men coba mengembara namun tak menemukan musuh maupun ka wan.
Ketika Jepang datang dan selama masa perang revolusi, ia masuk ten-
tara rakyat dan memberi dirinya sendiri pangkat Kolonel. Tapi ketika
terjadi restrukturisasi tentara, ia salah satu dari ribuan orang yang di-
pecat, tak memperoleh apa pun kecuali ia boleh membangga kan diri
sebagai seorang pejuang. Maman Gendeng sama sekali tak sakit hati,
dan ia kembali mengembara. Selama masa akhir perang, ia memper-
oleh reputasinya yang paling baru: seorang bandit perampok.
Nalurinya untuk merampok datang dari kebenciannya pada orang-
orang kaya, dan kebenciannya pada orang kaya sama sekali bisa di-
maklumi. Ia anak haram jadah seorang bupati. Sebagaimana telah
terjadi selama beberapa generasi, ibunya bekerja di rumah bupati itu,
sebagai jongos dapur. Tak ada yang tahu sejak kapan mereka melakukan
hubungan gelap, namun yang pasti, sang bupati memiliki nafsu berahi
melimpah-limpah sehingga seorang istri dan banyak selir dan gundik
sama sekali kurang baginya. Di malam-malam tertentu, ia masih suka
menyeret salah satu jongosnya masuk ke ka mar tidur, dan bukan sekali
dua kali perempuan jongos dapur dipaksa untuk tidur dengannya. Ibu-
106
Cantik.indd 106 1/19/12 2:33 PM