Page 118 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 118

dibedakan satu sama lain. Ia bercinta dengan mereka selama bermalam-
                 malam, namun Nasiah tak pernah tergantikan sama sekali.
                    Gairah hidupnya yang baru muncul lama setelah itu, ketika ia
                 men  dengar secara samar-samar sebuah legenda yang sering diceritakan
                 anak-anak nelayan tentang seorang putri bernama Rengganis. Ada yang
                 bilang perempuan itu begitu cantiknya, membuat semua orang bersedia
                 mati untuknya, dan perang pernah meletus hanya karena orang-orang
                 memperebutkan dirinya. Maman Gendeng terbangun di suatu malam,
                 ber pikir ia akan berperang kembali dengan siapa pun, demi memper-
                 oleh perempuan seperti dalam kisah tersebut. Ia mem bangunkan anak
                 buahnya satu per satu, dan bertanya di manakah Rengganis Sang Putri
                 tinggal. Mereka menjawab, tentu saja di Ha limunda. Maman Gendeng
                 belum pernah mendengar nama itu, tapi salah seorang sahabatnya ber-
                 kata, jika ia bersampan sepanjang pantai ke arah barat, ia akan sampai
                 di Halimunda. Dengan penuh keyakinan dan terutama dalam upayanya
                 menyembuhkan luka, malam itu ia memberikan kekuasaan daerah
                 perampokannya pada beberapa sahabatnya, dan berkata kepada mereka
                 bahwa ia akan berlayar dengan sampan untuk menemukan cinta sejati.
                 Ia telah dibuat jatuh cinta pada perempuan bernama Rengganis, yang
                 kedua kali, meskipun mengetahui tentangnya hanya melalui cerita-cerita
                 anak nelayan.
                    Putri itu konon cantik sekali, keturunan terakhir dari raja-raja Pa-
                 jajaran, pewaris kecantikan putri-putri Istana Pakuan. Banyak orang
                 mengatakan, bahkan Sang Putri sendiri telah menyadarinya, bahwa
                 ke cantikannya membawa banyak malapetaka. Ketika ia masih kecil,
                 saat itu ia masih bebas berkeliaran, bahkan sampai keluar benteng
                 istana, ia telah membuat kekacauan-kekacauan, yang kecil maupun
                 besar. Di mana pun ia lewat, orang-orang akan memandang wajahnya
                 yang seolah dilindungi kabut tipis penuh kesenduan itu, memandang
                 wajahnya dengan pandangan idiot sesosok manusia yang tiba-tiba men-
                 jadi patung menggelikan. Kecuali bola mata yang bergerak ke mana ia
                 melangkah. Bahkan kemunculannya sempat membuat banyak pamong
                 praja diserang halusinasi yang membuat mereka lalai mengurus negeri,
                 dan separuh kerajaan sempat dikuasai gerombolan penyamun sebelum
                 direbut kembali dengan susah-payah mengorbankan separuh prajurit
                 yang dimiliki.

                                             111





        Cantik.indd   111                                                  1/19/12   2:33 PM
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123