Page 107 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 107

”Lihat, itu Mama,” katanya pada Alamanda. ”Difoto orang Jepang,
              beberapa waktu kemudian diperkosa Jepang pula, dan bisa jadi itu
              Jepang ayahmu.”
                 Mereka bertiga masih melanjutkan tur mengelilingi rumah ter sebut,
              bahkan sampai naik ke lantai dua. Dewi Ayu menceritakan semua
              kenangannya atas rumah tersebut, menunjukkan di mana kakek dan
              nenek tidur, dan memperlihatkan foto Henri dan Aneu Stammler se-
              waktu mereka masih sangat muda dan belum jatuh cinta satu sama lain.
              Bocah-bocah itu tentu saja belum mengerti apa pun, tapi Dewi Ayu
              tampak menikmati perannya sebagai pemandu wisata hingga ia teringat
              pada harta karunnya di tabung pembuangan toilet. Ia mengajak kedua
              anaknya memeriksa toilet tersebut, dan ia dibuat lega bahwa toilet itu
              sungguh-sungguh masih ada. Ia hanya perlu membongkar tabung pem-
              buangan dan menemukan harta karunnya.
                 ”Orang Belanda masih berkeliaran di zaman republik,” tiba-tiba ia
              mendengar seseorang berkata dari balik punggungnya. ”Apa yang kau
              lakukan di sini, Nyonya?”
                 Ia berbalik dan itulah pemilik suara tersebut: seorang perempuan
              tua pribumi yang tampaknya galak. Ia mengenakan sarung dan kebaya
              kumal, dengan tongkat penopang kakinya. Mulutnya dipenuhi gumpal-
              an daun sirih. Ia berdiri memandang Dewi Ayu dengan tatapan penuh
              dendam. Tampaknya bahkan ia tak ragu untuk me mukul Dewi Ayu
              de ngan tongkatnya seperti ia memukul seekor anjing.
                 ”Kau bisa lihat bahkan fotoku masih digantung di dinding,” kata
              Dewi Ayu sambil menunjuk potret gadis lima belas tahun itu. ”Aku
              pe milik rumah ini.”
                 ”Itu karena aku belum mengganti fotomu dengan fotoku.”
                 Perempuan tua itu dengan segera mengusirnya, meskipun Dewi Ayu
              bersikeras bahwa ia memiliki surat-surat kepemilikan rumah. Sebagai
              balasannya, perempuan itu hanya terkekeh sambil melambai-lambaikan
              tangannya. ”Rumahmu dikapitulasi, Nyonya,” katanya. Jelas, sebagai-
              mana cerita perempuan tua itu yang mengatakannya selama mengantar
              si tamu tak diundang pergi, rumah itu telah dirampas oleh orang-orang
              Jepang. Di akhir perang, sebuah keluarga gerilya merampasnya kembali
              dari orang-orang Jepang. Itu keluarga si perempuan tua: suaminya harus

                                           100





        Cantik.indd   100                                                  1/19/12   2:33 PM
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112