Page 125 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 125

”Siapa lagi yang akan melawanku?” katanya.
                 Ia harus menghajar beberapa penduduk kota itu, yang telah menipu-
              nya habis-habisan dengan kisah ratusan tahun lampau. Ada beberapa
              pertarungan lagi pada hari itu, semuanya ia menangkan, hingga semua
              orang di pantai tersebut tak lagi yakin bisa menga lah kannya. Lagi
              pula ia sendiri tampak kelelahan. Ia masuk warung dan dengan muka
              pucat, pemilik warung menjamunya dengan apa pun yang ia miliki.
              Orang-orang bahkan datang dengan arak untuknya, berharap ia mabuk
              dan tak lagi membuat keributan. Kenyang dan lelah membuatnya me-
              ngantuk. Berjalan sempoyongan ia kembali ke pantai dan berbaring
              di atas perahunya yang berlabuh di atas pasir. Ia merenungkan semua
              perjalanan dan kekecewaannya, dan sebelum tidur, cukup jelas didengar
              orang-orang yang mengerubunginya, ia berkata, ”Jika aku punya anak,
              ia akan bernama Rengganis.” Lalu ia tertidur.
                 Bertahun-tahun yang lalu, Rengganis Sang Putri memang telah
              mati. Namun itu setelah ia kawin dan mengasingkan diri di Ha li munda.
              Ketika ia membuka jendela setelah bertahun-tahun me nu tupnya, ca-
              haya matahari pagi yang hangat menerobos masuk me nyi laukan mata
              Sang Putri sehingga selama beberapa waktu ia terserang kebutaan putih.
              Dunia seolah berhenti menyaksikan peristiwa itu, ketika kecantikan
              yang mengagumkan tersebut kembali ke dunia dari kegelapannya yang
              tertutup. Burung-burung berhenti berkicau, angin berhenti berhembus,
              dan Sang Putri berdiri di sana bagaikan satu lukisan, dengan jendela
              se bagai bingkainya. Lama ia harus mengatasi kebutaan putih itu, namun
              akhirnya terbiasa juga, dan mulai memandang ke luar jendela. Panda-
              ng annya tampak ragu dan pipinya merona kemerahan, sebab saat itu ia
              akan berjumpa dengan seseorang yang akan menjadi kekasihnya. Tapi
              tak ada siapa-siapa sejauh mata memandang, kecuali seekor anjing yang
              juga memandang ke arahnya setelah mendengar bunyi engsel jendela
              terbuka. Sang Putri tertegun sejenak, tapi sekali lagi ia tak pernah
              meng ingkari janji, maka ia berkata dengan sungguh-sungguh bahwa ia
              akan mengawini anjing itu.
                 Tak seorang pun akan menerima perkawinan tersebut, maka tak lama
              kemudian mereka mengasingkan diri di hutan berkabut di ping gir laut se-
              latan. Ia sendirilah yang kemudian memberinya nama Halimunda, negeri

                                           118





        Cantik.indd   118                                                  1/19/12   2:33 PM
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130