Page 126 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 126

kabut. Mereka tinggal di sana bertahun-tahun, dan tentu saja beranak-
                 pinak. Kebanyakan orang-orang yang tinggal di Halimunda, percaya
                 belaka bahwa mereka anak keturunan Sang Putri dengan anjing yang
                 tak pernah seorang pun tahu siapa namanya. Bahkan Sang Putri sendiri
                 tampaknya tak pernah tahu dan tak pernah memberinya nama. Ketika
                 ia melihatnya pertama kali di jendela, yang ia tahu hanyalah bahwa ia
                 harus turun kawin dengannya. Maka ia segera turun untuk menjemput
                 mempelainya, tak peduli dengan apa pun yang akan dikatakan orang.
                 ”Sebab anjing tak akan peduli apakah aku cantik atau tidak,” katanya.


                 Kedatangannya di Halimunda didengar orang dengan cepat. Malam itu
                 Maman Gendeng terdampar di tempat pelacuran Mama Kalong, yang
                 terbaik di kota itu, di daerah muara. Ia masuk ke kedai minum tempat
                 perempuan tua itu sendiri ada di sana, bersama beberapa pelacur dan
                 preman-premannya. Setelah tidur yang sejenak, ia telah memutuskan
                 untuk tinggal di sana, menjadi bagian kota itu, menjadi salah satu dari
                 anak keturunan Rengganis Sang Putri. Ia tampaknya senang dengan
                 per kampungan nelayan yang cukup ramai, mengingatkannya pada
                 masa lampau. Juga kedai-kedai minum yang berderet sepanjang pantai,
                 toko-toko di sepanjang Jalan Merdeka, dan tentu saja tempat pelacuran
                 Mama Kalong.
                    Maman Gendeng datang ke sana atas rekomendasi seseorang yang
                 ditanyainya secara serampangan. Ia berpikir, jika ia ingin tinggal di kota
                 itu, maka ia harus menguasainya. Cara terbaik adalah pergi ke tempat
                 pelacuran dan memulai segala sesuatunya dari sana. Maka setelah mi-
                 num segelas bir yang dilayani khusus oleh Mama Kalong yang telah
                 mendengar secara samar-samar reputasinya selama di pantai, ia berdiri
                 di tengah kedai dan bertanya siapa lelaki paling kuat di kota ini. Bebe-
                 rapa preman penunggu rumah pelacuran tampak terganggu dengan
                 pertanyaan tersebut, dan perkelahian untuk keberapa kali terjadi di
                 halaman kedai. Maman Gendeng tak perlu waktu lama untuk membuat
                 mereka babak belur, tak peduli mereka bersenjata golok, clurit dan bah-
                 kan samurai peninggalan ko  mandan tentara Jepang.
                    Sambil menepuk-nepukkan tangannya, ia kembali masuk ke dalam
                 kedai berharap menemukan lelaki lain yang bisa dihajar. Namun yang ia

                                             119





        Cantik.indd   119                                                  1/19/12   2:33 PM
   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131