Page 204 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 204

juga terkulai meskipun gadis yang selama bertahun-tahun masih meng-
                 hantui pikirannya telanjang bulat tak berdaya di depannya. Sementara
                 Alamanda, meskipun di hari-hari terakhir ia mulai menyukai lelaki itu,
                 malahan menggigil oleh ketakutan yang dibuatnya sendiri.
                    Mereka masih melanjutkan perang dingin itu sampai senja ketika
                 keduanya mulai merasa lapar. Kamerad Kliwon memancing dan me-
                 nangkap beberapa ekor ikan layang, yang karena tak ada api, itu harus
                 mereka makan mentah-mentah. Kamerad Kliwon yang tampaknya
                 telah dibuat terbiasa selama pergaulannya dengan para nelayan, tak
                 kesulitan mengunyah ikan mentah, tapi Alamanda menolaknya dan
                 memilih kelaparan. Ketika malam datang, nyatalah bahwa ia tak akan
                 sanggup menahan rasa lapar, maka ia ikut mengunyah ikan mentah, dan
                 muntah-muntah karenanya.
                    ”Rasa ikan hanya selebar mulutmu,” kata Kamerad Kliwon, ”setelah
                 masuk perut semuanya sama.”
                    ”Kau hanya akan bersamaku selama kau menculikku,” jawab Ala-
                 manda ketus, ”setelah pulang kau akan kembali menjadi lelaki yang
                 me nyedihkan itu.”
                    ”Mungkin kita tak akan pulang.”
                    ”Itu lebih menyedihkan,” dan Alamanda melanjutkan memancing,
                 ”sebab kau bahkan tak berani memerkosaku di tempat sesepi ini, tanpa
                 seorang pun menjadi saksi, sementara aku telanjang di de panmu.”
                    ”Aku tak pernah memerkosa siapa pun,” kata Kamerad Kliwon
                 sambil tertawa, dan memakan ikan mentahnya lagi. Tak tahan de ngan
                 provokasi semacam itu, Alamanda akhirnya memberanikan diri meng-
                 ambil seekor ikan dan mencobanya lagi. Menahan mual di mulutnya,
                 me ngunyah sesedikit mungkin, dan segera menelannya: begitulah ber-
                 ulangkali ia melakukannya.
                    Drama itu berlangsung selama dua minggu. Mereka terapung-apung
                 di tengah lautan berdua saja, bahkan tak pernah bertemu dengan ne-
                 la yan lain, sebab Kliwon memang sengaja menempatkan perahu di
                 daerah dengan palung yang sangat dalam, yang tak seorang nelayan pun
                 menyukainya sebab di tempat seperti itu susah memperoleh ikan. Udara
                 sangat cerah di waktu-waktu itu sehingga tak ada ancaman bahaya badai.
                 Selama itu, perubahan-perubahan terjadi di dalam perahu.

                                             197





        Cantik.indd   197                                                  1/19/12   2:33 PM
   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209