Page 207 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 207

hari itu datang. Alamanda mengantarkannya ke stasiun kereta api. Ke-
              tika masinis telah bersiap dan peluit ditiup, Alamanda yang dibuat tak
              tahan mencium pemuda itu. Mereka bahkan belum pernah berciuman,
              dan kini mereka saling berciuman begitu membara di bawah pohon
              ketapang. Benar kata orang, bahkan api keluar dari bibir keduanya.
              Itu adalah ciuman perpisahan, perpisahan yang kelak terbukti sangat
              me nyakitkan.
                 Kereta mulai bergerak, mereka saling melepaskan bibir mereka de-
              ngan enggan, sementara pengunjung stasiun masih berdiri me ma tung
              memandang keduanya.
                 ”Lima tahun yang akan datang,” kata Kamerad Kliwon, ”kita akan
              berjumpa di bawah pohon ketapang ini.”
                 Lalu ia berlari dan naik ke kereta yang mulai bergerak cepat, diiringi
              lambaian tangan Alamanda yang bahkan dibuat menangis melihat
              kepergiannya, dan masih berdiri di tempatnya sampai ekor kereta
              menghilang.

              Kini permainan kesekian, dengan calon korban orang paling terkenal
              di Halimunda, penguasa rayon militer yang pernah memimpin pem-
              berontakan paling celaka melawan Jepang, Sang Shodancho. Ibarat
              seorang nelayan tua yang menangkap ikan marlin besar di hari yang
              tenang, perasaan gadis itu demikian haru-biru membayangkan bahwa ia
              akan memperoleh mangsa yang demikian besar, mungkin yang terbesar
              sepanjang hidupnya, dan ia akan selalu mengenang saat-saat penakluk-
              annya, tahap demi tahap, bahkan sejak serangan pertama di tempat adu
              babi. Ia telah tahu bahwa laki-laki itu mulai terjerat kecantikannya
              se jak malam pertunjukan tersebut, maka sesudah itu apa yang perlu
              ia lakukan hanyalah menarik jerat untuk mengikat semakin kencang.
                 Setahun telah berlalu sejak Alamanda tak lagi menjadi seorang gadis
              penakluk yang menggoda banyak laki-laki untuk meng han curkannya,
              dan demikian pula Kliwon bukan lagi seorang mata keranjang. Mereka
              saling mencintai satu sama lain dan dari hari ke hari cinta itu semakin
              dalam tertanam sehingga mereka bertekad un tuk tak mengkhianati satu
              sama lain. Tapi kini Kliwon pergi ke ibukota untuk masuk universitas
              dan Alamanda mulai merasa bosan dengan kesepiannya; ia sama sekali

                                           200





        Cantik.indd   200                                                  1/19/12   2:33 PM
   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211   212