Page 209 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 209

Amerika yang diterima Alamanda dengan suka cita, tanpa membuang
              pem berian itu semua. Namun ketika malam datang ia tertawa keras-
              keras di dalam kamar mandi melihat ke du nguan pahlawan kota tersebut.
                 Permainan seperti itu telah ia tinggalkan selama setahun dan ia
              merasa bangga bahwa kemampuannya untuk membuat laki-laki tampak
              bodoh dan tolol masih cukup meyakinkan, ia memutar pi ringan hitam
              tersebut sambil menari-nari di dalam kamar mem bayangkan diri bahwa
              ia berdansa dengan kekasihnya. Menari bersama Kliwon dengan piring-
              an hitam pemberian Sang Shodancho, gagasan tersebut tampak menye-
              nangkan untuk dipikirkan. Ia kembali tertawa sampai ketika malam ia
              bermimpi Kliwon mengetahui hal itu dan laki-laki tersebut menjadi
              ma rah sehingga berniat untuk mem bu nuhnya, membuat ia terbangun
              dalam selimut keringat dingin dan napas putus-putus. Ia memaki pada
              mimpi buruk tersebut dan me yakinkan diri bahwa ia sama sekali tak
              mengkhianati kekasihnya dan cintanya tak berubah sedikit pun juga.
                 Esok harinya ia menerima surat dari kekasihnya itu. Alamanda
              sedikit gugup menerima surat tersebut dan berpikir apakah ada hu-
              bungannya antara mimpi buruk itu dengan surat di tangannya. Ia masuk
              ke kamar dan berbaring masih belum berani membuka sampul surat,
              khawatir dengan mimpi buruk yang menjadi kenyataan, tapi apa pun
              yang terjadi ia harus membuka surat tersebut dan mengetahui isinya.
              Akhirnya ia membukanya juga.
                 Apa yang ia khawatirkan sama sekali tak beralasan, tak ada hukum-
              an dan tak ada kecurigaan sedikit pun. Kliwon bercerita bahwa ia telah
              masuk universitas, bahwa pelajarannya tak sesulit yang dibayangkan
              semula dan bahwa semuanya baik-baik saja. Alamanda percaya bahwa
              laki-laki itu tak akan kesulitan dengan apa pun, ia bangga memiliki
              kekasih yang pandai. Ketika Kliwon bercerita bahwa ia menjadi tukang
              foto keliling serta kerja sambilan di sebuah binatu, air mata keharuan
              meleleh di pipinya sambil ber bisik bahwa masa depan akan menjadi
              lebih baik bagi mereka. Ia mencium kertas surat itu masih sambil mena-
              ngis sebelum jatuh ter tidur dengan surat masih menutupi wajahnya.
                 Ketika ia terbangun dua jam kemudian dalam mimpi yang indah
              pada suatu perkawinan meriah bersama kekasihnya, ia baru menyadari
              kalau surat itu belum selesai ia baca dan ia kembali membacanya dari

                                           202





        Cantik.indd   202                                                  1/19/12   2:33 PM
   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214