Page 208 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 208

tak berniat mengkhianati ke ka sih nya karena bagaimanapun ia masih
                 mencintainya setinggi gunung-gunung dan sedalam samudera, ia hanya
                 sedikit ingin bermain-main sebagaimana dulu ketika ia biasa bermain-
                 main. Menggoda laki-laki tanpa perlu harus mencintai mereka.
                    Tapi apa yang tak pernah disadarinya adalah bahwa sekarang ia
                 menghadapi laki-laki yang sama sekali lain, seorang laki-laki yang per-
                 nah menjadi buronan tentara Jepang selama berbulan-bulan setelah satu
                 pemberontakan di masa perang, laki-laki yang pernah memimpin lima
                 ribu pasukan pada perang melawan Belanda di masa agresi militer dan
                 terlatih di banyak perang, laki-laki yang pernah menjadi Panglima Besar
                 selama waktu yang singkat dan memperoleh tanda-tanda kehormatan
                 jauh lebih banyak daripada yang diperoleh prajurit manapun, serta ia
                 adalah satu-satunya laki-laki yang dipercaya untuk memimpin sebuah
                 kota tempat penyelundupan besar-besaran di la kukan secara diam-diam.
                 Cepat atau lambat, Alamanda mungkin tahu tentang laki-laki itu,
                 tapi sampai waktu ketika ia merasa me nyesal, ia tetap tak menyadari
                 bahwa Sang Shodancho bukanlah mangsa yang terlalu mudah untuk
                 di permainkan.
                    Sebagaimana diduga Alamanda, beberapa hari setelah pertemuan di
                 pertunjukan orkes Melayu itu, Sang Shodancho muncul di rumah, ia
                 datang dengan mengemudikan jeep seorang diri, ditemui ibunya yang
                 membuat lelaki itu seperti anak ingusan menghadapi kencan pertama.
                 Mereka terlibat dalam pembicaraan seputar kota, tapi Ala manda tahu
                 dengan pasti bahwa ia datang bukan semata-mata itu, karena ia datang
                 dengan seikat bunga yang diberikannya kepada Alamanda, dibawa Ala-
                 manda ke dalam kamar sebelum dilemparkan melalui jendela ke tempat
                 sampah di halaman, lalu bergabung kembali dengan ibunya serta Sang
                 Shodancho dengan senyum me mesona, menebar godaan.
                    Pembicaraan tak berujung-pangkal tersebut memakan waktu berhari-
                 hari. Pada setiap kedatangan Sang Shodancho membawa bunga yang
                 segera dilemparkan ke tempat sampah meskipun sang pemberi tak
                 me nge tahuinya. Bahkan tak hanya bunga, di hari ketiga ia membawa
                 boneka panda yang disebutnya didatangkan langsung dari negeri Cina.
                 Lain waktu ia membawa vas bunga dari keramik dan keesokan harinya
                 Sang Shodancho membawa setumpuk piringan hitam penyanyi pop

                                             201





        Cantik.indd   201                                                  1/19/12   2:33 PM
   203   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213