Page 212 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 212
orang yang memercayai dirinya, jadi tak apa-apa untuk menceritakan
Sang Shodancho di dalam surat. Ia menaburkan bedak sedikit ke per-
mukaan surat agar sang kekasih bisa menghirup bau harum sebagaimana
biasa ia cium dari tubuhnya, dan ia pun memoles bibirnya dengan lip-
stik tipis, menempelkannya di ujung surat di samping tanda tangannya,
sebagai tanda cium kerinduan dari jauh. Surat dan foto ia masukkan
ke dalam amplop, dan ia tersenyum membayangkan laki-laki itu akan
menerimanya dalam beberapa hari.
Sementara itu Sang Shodancho yang telah pulang ke rumahnya
di samping rayon militer berbaring dalam lamunan dengan foto-foto
Alamanda di tangannya, dipandangnya ganti-berganti dengan tatapan
yang lekat menembus batas-batas permukaan kertas. Satu per satu foto-
foto itu ia letakkan tertelungkup di dadanya yang telanjang sementara
kedua tangannya terlipat menjadi pengganjal kepala.
Ia melamunkan gadis itu, kecantikannya, tubuhnya, dan ia terpero-
sok ke dalam berahi yang meledak-ledak dalam ketidaksabaran sehingga
tangannya bergerak kembali meraih foto-foto tersebut, melihatnya
kembali ganti-berganti, mengelus permukaan kertasnya bagaikan itu
adalah tubuh si gadis dan ia semakin larut dalam berahi anjing di mu sim
kawin, matanya mulai memandang dalam ke me suman dan ia berbalik
tertelungkup meletakkan foto-foto itu di atas bantal, menelusuri nya
de ngan jari-jari telunjuk dan bibirnya mulai menggumamkan nama
gadis tersebut. Setengah jam berlalu dalam kegelisahan tersebut mem-
buat foto-foto si gadis yang ia peroleh secara diam-diam melalui kon-
s pirasi dengan istri tukang foto tersebut menjadi tampak lusuh sampai
akhirnya ia bangun dan meletakkan semua foto itu di dalam laci dan ia
mengenakan kembali pakaian seragamnya, berjalan keluar kamar meng-
hampiri salah seorang prajurit yang bertugas sebagai piket di kandang
monyet di samping gerbang masuk Komando Rayon Militer Halimunda.
”Selamat sore, Shodancho,” kata sang prajurit sementara Sang
Shodancho masuk dan berdiri bersandar ke tembok meskipun prajurit
berpangkat kopral dua itu memberikan kursi untuknya duduk.
Sang Shodancho bertanya, ”Di mana ada pelacuran di kota ini?”
Kopral dua itu tertawa dan berkata bahwa ada banyak pelacur di
Halimunda, tapi hanya ada satu yang baik dan ia menyebutkan ru-
205
Cantik.indd 205 1/19/12 2:33 PM