Page 216 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 216

nya sebuah pertanyaan yang ia ingin tanyakan, ”Alamanda, maukah
                 sekiranya kau jadi istriku?”
                    Alamanda sama sekali tak dibuat terkejut oleh pertanyaan tersebut.
                 Ia pernah mendengar pertanyaan semacam itu diucapkan banyak laki-
                 laki lain, dengan beragam variasinya, dan hal itu dari waktu ke waktu
                 semakin tak membuatnya terkejut. Bahkan ia bisa menduga kapan
                 se orang laki-laki akhirnya akan mengatakan hal itu. Sejauh yang ia
                 pernah alami, selalu ada tanda-tanda mengiringi seorang laki-laki akan
                 mengatakan cinta kepada seorang perempuan, meskipun tanda-tanda
                 itu selalu berbeda dari satu laki-laki ke laki-laki yang lain. Ia meng-
                 anggap seorang perempuan bisa merasakan hal seperti itu, terutama
                 jika perempuan itu pernah menolak cinta dua puluh tiga laki-laki dan
                 menerima laki-laki kedua puluh empat seperti dirinya. Kini Alamanda
                 tengah berpikir bagaimana membuat laki-laki kedua puluh lima terpero-
                 sok dalam demam cinta yang tak ter balas.
                    Ia berdiri dan melangkah ke arah tepi tebing, melihat dua orang
                 nelayan tengah mendayung perahu mereka perlahan lalu berkata tanpa
                 menoleh pada Sang Shodancho, ”Seorang laki-laki dan seorang perem-
                 pu an harus saling mencintai untuk menikah, Shodancho.”
                    ”Apakah kau tidak mencintaiku?”
                    ”Aku sudah punya kekasih.”
                    Jadi kenapa kau harus berdandan begitu anggun di setiap pertemuan
                 kita kalau bukan untuk menarik hatiku, tanya Sang Shodancho di
                 dalam hati dengan sedikit geram. Dan kenapa kau mau aku antar ke tu-
                 kang foto dan membiarkan aku melihat gambar tubuhmu di atas kertas,
                 dan kenapa pula kau menjahitkan pakaianku yang lepas jahitan kecuali
                 kau ingin menunjukkan perhatianmu?
                    Sang Shodancho memikirkan itu semua seolah tengah menyeret
                 waktu-waktu belakangan ke dalam benaknya, dibuat semakin berang
                 oleh kesadaran bahwa gadis itu tengah mempermainkannya secara
                 sung guh-sungguh. Ia mengutuki dirinya sendiri atas ketidakhati-hati-
                 an nya menghadapi gadis tersebut, mengabaikan fakta bahwa gadis ini
                 adalah orang yang sama yang pernah menarik hati banyak laki-laki
                 sebelum mencampakkannya bagai sampah tak berguna sebagaimana ia
                 pernah dengar sebelum ini. Ia telah berlaku bodoh dengan menganggap

                                             209





        Cantik.indd   209                                                  1/19/12   2:33 PM
   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221