Page 215 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 215

itu sangat menyenangkan. Ia tak tahu bahwa tempat gerilya tak seme-
              ngerikan bayangannya. Sang Shodancho kembali ke dalam truk yang
              mengangkut mereka berdua ke tempat itu dan membawa termos berisi
              minuman.
                 Beberapa perahu nelayan yang telah pergi melaut sesore itu, bergerak
              perlahan di tengah laut, terapung-apung seperti kelopak bunga di atas
              kolam. Ada dua sampai tiga orang nelayan di atas perahu-perahu tersebut
              dan mereka semua memandang ke tempat mereka duduk saling berha-
              dap an. Tak ada lambaian tangan dan te riakan, mereka cuma memandang
              dan berbicara dengan teman-teman mereka sendiri.
                 Nelayan-nelayan itu mengenakan baju tebal-tebal berlengan pan-
              jang, sarung melilit di pundak mereka, penutup kepala kerucut serta
              kaos tangan dan kaki yang dibalut sepatu kets tua untuk meng hindari
              dinginnya laut malam yang ganas dan merongrong masa tua dengan
              rematik. Melihat itu Sang Shodancho berkomentar bahwa di masa
              yang akan datang penangkapan ikan seperti nelayan-nelayan itu sudah
              seharusnya ditinggalkan perlahan-lahan. Kapal-kapal besar yang bisa
              menampung puluhan nelayan dengan ikan tangkapan lebih banyak dan
              risiko rematik yang lebih sedikit akan menggantikan perahu-perahu
              kecil mereka yang rentan terhadap badai. Para nelayan tak akan lagi
              banyak berhubungan dengan air laut. Alamanda hanya membalas
              bahwa nelayan-nelayan itu sudah terlampau bersahabat dengan laut
              untuk takut pada badai dan rematik, dan mungkin mereka tak berniat
              menangkap ikan terlalu banyak dari yang mereka butuhkan setiap hari.
              Ia pernah mendengar soal itu dari Kliwon.
                 Sang Shodancho tertawa kecil dan kemudian mereka mulai mem-
              bicarakan mengenai ikan-ikan yang enak untuk dimakan. Alamanda
              ber kata bahwa ikan kerapu adalah ikan paling enak sementara Sang
              Shodancho berkata bahwa ia suka cumi-cumi sebelum Alamanda
              mengungkapkan keberatannya karena cumi-cumi bukan ikan sebab
              ia tak bersisik dan bersirip. Mendengar itu Sang Shodancho tertawa
              kembali. Keduanya kemudian terdiam sejenak pada saat yang bersamaan
              ketika Sang Shodancho menuangkan jus buah pada gelas Alamanda
              yang telah kosong dari termos dingin yang ia bawa. Pada saat itulah
              Sang Shodancho mengatakan apa yang ingin ia katakan, atau tepat-

                                           208





        Cantik.indd   208                                                  1/19/12   2:33 PM
   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220