Page 255 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 255
tapi kemudian mereka harus segera terbangun dari mimpi buruk. Edi
Idiot, sebagaimana siapa pun, bisa mati dan bisa dibunuh. Mereka sa-
ngat berterima kasih pada orang asing itu, dan Maman Gendeng dengan
cepat diterima sebagai warga kota.
Untuk merayakan hal itu, orang-orang larut dalam pesta yang nyaris
tanpa akhir, yang bahkan tak pernah terkalahkan oleh pesta setelah
atau sebelum peristiwa tersebut. Bahkan pesta 23 September sebagai
hari kemerdekaan di Halimunda tak pernah semeriah itu. Pasar malam
dibuka selama sebulan penuh, dengan rombongan sirkus yang dipenuhi
gajah, harimau, singa, monyet, ular, dan gadis-gadis kecil penari plastik
serta tentu saja badut-badut kate. Di sudut-sudut kota orang bisa me-
nyak sikan pertunjukan sintren secara cuma-cuma sebagaimana pertun-
jukan kuda lumping. Pemuda-pemuda dan gadis-gadis keluar dalam ro-
mansa tanpa rasa takut gerombolan Edi Idiot akan menggang gu mereka.
Ayam dan segala jenis ternak dibiarkan berkeliaran di halaman dan
pintu dapur kembali tak terkunci sebagaimana sedia kala selalu begitu.
Bahkan ketika Maman Gendeng memberikan maklumat bahwa tak
seorang lelaki pun kecuali dirinya sendiri boleh meniduri pelacur Dewi
Ayu, mereka tak peduli meskipun jelas itu suatu kerugian tak terampuni.
Mereka menganggap hal itu sebagai hadiah yang cukup layak bagi sang
pahlawan pembunuh Edi Idiot anak Makojah yang menyebalkan.
Namun suatu hari, di tengah udara panas tropis dengan suara sssh
berdengung-dengung di telinga, Maman Gendeng beranjak dari kursi
goyang kayu mahoni yang diwarisinya dari Edi Idiot di ter minal bis
dan berjalan ke toko terdekat di ujung pasar. Ia me minta satu krat bir
dingin, demi udara panas keparat, tapi si penjual hanya memberinya
satu botol. Maman Gendeng mengamuk dan memukul etalase toko
hing ga pecah berantakan, dan mengambil paksa satu krat bir, itu setelah
meng hajar pemilik toko yang me nu rut nya sama sekali tak beradab. Ia
kembali ke kursi goyangnya, mem bunuh rasa kering di sekujur tubuhnya
dengan bir rampasan tersebut.
Peristiwa tersebut menghentakkan kesadaran penduduk Ha li munda
bahwa segalanya sama sekali tak berubah bagi mereka. Edi Idiot telah
mati, tapi begundal baru telah datang. Namanya Maman Gendeng.
* * *
248
Cantik.indd 248 1/19/12 2:33 PM