Page 259 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 259

”Kau hanya perlu menunggu lima tahun lagi untuk me nye tu buhi-
              nya.”
                 Segalanya seolah telah sampai pada titik kesimpulan bahwa ia
              harus mengawini bocah dua belas tahun. Itu benar-benar membuat
              Maman Gendeng menggigil hebat. Ia bisa membayangkan orang-orang
              berdesas-desus tentang perkawinan aneh semacam itu. Mereka akan
              berprasangka buruk bahwa ia telah memerkosanya dan karena itu ia
              harus mengawininya. Tak peduli bahwa ia seorang preman begundal,
              pikiran jahat semacam itu kenyataannya membuat tubuhnya semakin
              menggigil.
                 ”Paling tidak, kawinlah dengannya demi cintamu padaku,” kata
              Dewi Ayu akhirnya.
                 Itu seperti vonis bagi Maman Gendeng. Seperti ada lebah di dalam
              tempurung kepalanya, dan capung terbang di dalam perutnya. Ia memi-
              num habis limun dinginnya, dan tak berhasil menghilangkan semua
              binatang di dalam tubuhnya. Ia bahkan mulai merasa ada belukar
              tumbuh di dadanya, semrawut dengan duri menusuk di segala tempat.
              Ia seperti pecundang yang tak berdaya, bersandar ke sandaran kursi
              de ngan mata setengah terpejam.
                 ”Mengapa kau mengatakannya begitu mendadak?” tanya Maman
              Gendeng.
                 ”Kapan pun aku mengatakannya,” kata Dewi Ayu, ”akan sama
              mendadaknya.”
                 ”Berilah aku tempat tidur, aku ingin tidur sejenak,” kata Maman
              Gendeng.
                 ”Tempat tidurku selalu merupakan milikmu.”
                 Maman Gendeng tidur nyaris selama empat jam dalam tidur yang
              lelap dengan dengkur halus. Begitulah caranya melewatkan segala yang
              membuat kepalanya diserang lebah dan belukar tumbuh di dadanya
              sementara capung terbang di dalam perut. Dewi Ayu melewatkan sore
              dengan menyegarkan diri di kamar mandi, dan duduk di ruang tamu
              dengan sebatang sigaret dan secangkir kopi menunggu lelaki itu ter-
              bangun dari tidurnya. Saat itulah Maya Dewi muncul, berkata bahwa
              ia hendak pergi mandi, tapi ibunya menahan dan menyuruhnya duduk
              di hadapannya.

                                           252





        Cantik.indd   252                                                  1/19/12   2:33 PM
   254   255   256   257   258   259   260   261   262   263   264