Page 262 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 262
”Itulah yang kupikirkan.”
Demikianlah setiap malam berlalu dengan cara yang sama: Maya
Dewi akan berbaring terlebih dahulu dengan pakaian tidurnya, ke mu-
dian Maman Gendeng muncul dengan tatapan kebingungan yang sama.
Ia menarik kursi dan menatap pengantinnya dalam wajah sendu yang
terulang dan Maya Dewi kemudian memintanya men dongeng. Bahkan
dongeng yang ia ceritakan selalu sama pula, ten tang Putri Rengganis
yang kawin dengan anjing. Nyaris sama persis kalimat per kalimat. Tapi
tampak keduanya melewati malam-malam seperti itu sebahagia banyak
pengantin, dan meskipun mereka mengulang terus kekonyolan yang
sama tersebut, tak tampak ke bo sanan sedikit pun di wajah mereka. Se-
belum dongeng selesai, biasanya Maya Dewi telah jatuh tertidur dengan
pulas. Maman Gendeng kemudian akan menyelimutinya, menutup
ke lambu nyamuk, me ma tikan lampu dan menggantinya dengan lampu
tidur. Setelah me mandang sejenak wajah tidur yang penuh kedamaian
itu, ia segera beranjak keluar kamar, menutup pintunya perlahan, dan
naik ke lantai dua tidur di kamar kosong sendirian sampai pagi hari
istri nya datang membangunkannya dengan secangkir kopi hangat.
Itu terus berlanjut bahkan sampai Dewi Ayu dan Adinda pindah dan
keduanya menertawakan kekonyolan itu di rumah baru mereka.
Maman Gendeng memulai kebiasaan barunya. Ia bangun pagi dan
meminum kopi dari istrinya. Setengah jam kemudian Mirah telah
meng hidangkan sarapan pagi, dan mereka berdua akan duduk di meja
makan sebagaimana kebanyakan keluarga bahagia. Awalnya itu meru-
pakan gangguan yang menyedihkan bagi Maman Gendeng, sebab sang
preman punya kebiasaan untuk bangun agak siang. Tapi setelah sarapan
pagi, istrinya membebaskan ia untuk kembali ke tempat tidur, maka ia
melanjutkan tidur paginya yang terganggu. Lebih lelap dengan perut
kenyang. Maman Gendeng akan terbangun sekitar pukul sepuluh, dan
ia akan menemukan pakaian yang tersetrika rapi di samping tempat
tidurnya. Maka ia harus pergi ke kamar mandi, sesuatu yang jarang ia
laku kan, dan mengenakan pakaian itu. Terasa aneh baginya sendiri
me lihat ia memakai kemeja dengan pantalon yang dihiasi lipatan lurus
hasil setrika di depan cermin. Namun demi menjaga perasaan istrinya,
ia mengenakan pakaian ter sebut dan segera pergi ke terminal bis tem-
patnya yang paling sejati setelah mencium dahi istrinya di muka pintu.
255
Cantik.indd 255 1/19/12 2:33 PM