Page 267 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 267

yang muak dengan prajurit-prajurit yang sering jual tampang itu dan
              jika perang pecah mereka pasti akan membantu para preman. Mereka
              pada akhirnya akan saling membunuh tanpa sisa.
                 Sepanjang sore bunyi letusan granat dan molotov serta tembakan
              senapan terdengar berdesing-desing di atas jalan, di antara toko-toko dan
              rumah-rumah. Orang tak ada yang tahu apakah pertempuran ter sebut
              telah memakan korban nyawa atau belum. Sang Shodancho tam paknya
              terlambat mengetahui keadaan darurat tersebut disebabkan urusan-
              urusan rumah tangga yang tak terselesaikan, dan merasa jengkel pada
              kenyataan bahwa seorang gadis kampung bisa me nim bulkan kehancuran
              sebuah kota. Ia bertekad akan mengurung prajurit celaka itu selama tujuh
              hari tujuh malam tanpa makan dan minum, tak peduli ia akan mampus
              karenanya. Tapi sebelum itu ia harus menghindari kekacauan yang lebih
              luas dan lebih mengerikan. Maka ia segera me ngirim prajuritnya yang
              paling dipercaya, Tino Sidiq untuk bicara dengan Maman Gendeng
              dalam satu upaya gencatan senjata dan perjanjian damai.
                 Maman  Gendeng  yang  tengah  menikmati  masa-masa  bahagia
              per kawinannya yang aneh, juga baru mendengar soal pertempuran di
              Jalan Merdeka tersebut, namun tampaknya ia tak peduli. Sebaliknya,
              ia merasa jengkel bahwa orang masih mengganggunya dalam satu upaya
              membangun kehidupan yang bahagia, membayar tahun-tahun nya yang
              sunyi dan tanpa tujuan. Ia percaya sepenuh hati keributan itu pasti ber-
              awal dari kekurangajaran prajurit-prajurit itu, paling tidak menurutnya.
                 Tapi istrinya yang baru berumur dua belas tahun itu, meyakinkan
              dirinya bahwa ia bisa menyelesaikan kerusuhan yang melanda kota.
              Men dengar saran istrinya, Maman Gendeng akhirnya pergi setelah ia
              dan Tino Sidiq memperoleh kesepakatan ia dan Sang Shodancho akan
              bertemu di satu tempat netral, di antara terminal bis dan rayon militer.
              Tempat itu adalah pasar.
                 Mereka mengusir empat orang laki-laki yang terdiri dari pedagang
              ikan asin, penarik becak, kuli angkut dan seorang suami dari pedagang
              pakaian, yang tengah mengelilingi sebuah meja di tengah pasar memain-
              kan kartu dengan taruhan uang-uang logam yang bergemerincing dari
              sudut ke sudut meja. Para pemain kartu me nyingkir berdiri menonton di
              tempat penjual daging ayam, begitu Sang Shodancho akhirnya muncul

                                           260





        Cantik.indd   260                                                  1/19/12   2:33 PM
   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272