Page 268 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 268

pula. Aktivitas pasar di sekitar itu tiba-tiba berhenti karena baik peda-
                 gang maupun pembeli sama-sama berhenti, menunggu apa yang akan
                 disepakati kedua orang yang menjadi kunci apakah perang saudara yang
                 mengerikan itu akan pecah sore ini atau ditunda sampai tahun-tahun
                 atau bahkan berabad-abad yang akan datang.
                    Sang Shodancho meminta para preman itu segera mundur dan me-
                 nyerahkan semua senjata karena hanya tentara yang berhak mem per-
                 gunakan senjata. Tapi Maman Gendeng keberatan karena me nu rutnya
                 terbukti bahwa para prajurit itu kemudian mempergunakan senjata
                 mereka secara sewenang-wenang. Sang Shodancho akhirnya berkata
                 lagi:
                    ”Wahai sahabatku, kita tak bisa menyelesaikan masalah ini dengan
                 cara pertengkaran anak-anak semacam itu,” katanya dan melanjutkan,
                 ”Baiklah untuk sementara tak akan ada pelucutan senjata, tapi suruh
                 mereka segera menyingkir dari jalan-jalan dan tak boleh ada kerumun-
                 an-kerumunan dan pemecahan kaca-kaca jendela toko lagi.”
                    ”Wahai Shodancho,” kata Maman Gendeng, ”juga tak ada pere-
                 but an gadis orang oleh seorang prajurit bersenjata tak peduli itu gadis
                 kampung sekalipun. Dan para prajurit sebagaimana semua laki-laki di
                 kota ini juga harus membayar sebagaimana biasa di rumah pelacuran
                 setiap kali mereka bercinta, dan membayar pula di kedai minum setiap
                 kali mereka minum, dan membayar bis setiap kali mereka bepergian.
                 Di sini tak ada anak emas, Shodancho.”
                    Sang Shodancho menarik napas berat, mengeluhkan soal kekurang-
                 an pendapatan para prajurit yang dibayarkan pemerintah republik,
                 sementara bisnis yang ia jalankan dan juga dijalankan oleh rayon
                 militer serta militer kota itu, keuntungannya lebih banyak diambil para
                 jenderal di ibukota. ”Jadi sahabatku, aku akan memberi tawaran yang
                 mungkin tidak menarik tapi kita bisa keluar dari masalah rumit ini,”
                 kata Sang Shodancho akhirnya.
                    ”Katakanlah.”
                    ”Jadi sahabatku,” kata Sang Shodancho. ”Ini mungkin bisa disepa-
                 kati bahwa kalian, orang-orang gembel, itu menyerahkan se bagian yang
                 kalian peroleh dengan cara apa pun itu untuk para prajurit, supaya
                 mereka bisa membayar pelacur dan mabuk sampai puas.”

                                             261





        Cantik.indd   261                                                  1/19/12   2:33 PM
   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273