Page 266 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 266

percayaan orang kepadanya, dan sebaliknya, mereka mulai curiga
                 bahwa pihak militer justru bersekongkol dengan para preman itu untuk
                 membuat segala kekacauan ini. Terutama jika meng ingat kedua orang
                 tersebut, Sang Shodancho dan Maman Gendeng, keduanya menantu
                 Dewi Ayu belaka.
                    Keadaan sedikit kacau ketika suatu hari seorang prajurit dari rayon
                 militer terlibat perkelahian dengan seorang penjaga rumah pelacuran
                 Mama Kalong. Perselisihan itu berawal dari seorang gadis kampung
                 yang diperebutkan oleh keduanya. Mereka berkelahi di jalanan, dan
                 per kelahian itu berakhir dengan datangnya teman-teman kedua orang
                 itu. Perkelahian dua orang meningkat menjadi tawuran hebat sekelom-
                 pok prajurit melawan segerombolan preman.
                    Entah bagaimana hal itu bermula, namun satu jam perkelahian mas-
                 sal itu mengakibatkan tumbangnya belasan pohon-pohon pe lindung
                 jalan, hancurnya jendela-jendela kaca etalase toko, dua mobil terbalik
                 rusak parah. Sementara itu batu-batu besar dan ban mobil bekas yang
                 dibakar bergeletakan di jalanan, dan gardu polisi hangus terbakar.
                    Penduduk kota dilanda teror menakutkan membuat tak seorang
                 pun berani menampakkan diri keluar dari rumah mereka. Perkelahian
                 itu berlangsung di sepanjang Jalan Merdeka yang ramai. Di satu sudut,
                 gerombolan para preman tampak berjaga-jaga dengan pedang dan
                 samurai peninggalan orang-orang Jepang. Juga kelewang, pentungan
                 besi, golok, batu, bensin, dan botol-botol molotov. Mereka bah kan
                 me nguasai granat tangan dan senapan peninggalan para veteran gerilya-
                 wan tentara revolusioner. Sementara itu di sudut jalan yang lain, para
                 prajurit, tak hanya dari rayon militer Sang Shodancho tapi bahkan
                 mereka memperoleh bantuan dari semua pos militer di kota itu, juga
                 ber jaga-jaga dengan senapan penuh berisi peluru.
                    Hari itu keadaan begitu sunyi seolah kota telah ditinggalkan pen-
                 duduknya selama bertahun-tahun. Kesunyian yang mencekam itu me-
                 rembet ke seluruh kota dalam ketakutan bahwa perang saudara pada
                 akhirnya akan pecah di kota itu, yang bahkan belum memperoleh
                 masa damainya sejak perang bertahun-tahun lalu. Banyak penduduk
                 muak dengan para preman dan jika perang pecah mereka pasti akan
                 ber gabung dengan prajurit-prajurit itu. Namun banyak juga penduduk

                                             259





        Cantik.indd   259                                                  1/19/12   2:33 PM
   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271