Page 418 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 418

Siksaan itu berakhir perlahan-lahan. Rengganis Si Cantik menge-
                 nakan celana dalam Krisan, tak peduli itu celana dalam lelaki. Lalu
                 me ngenakan celana jeansnya, dan buah dadanya segera lenyap di balik
                 kaus oblong. Tapi Krisan tetap ngaceng sebab ia tahu, di balik kaus
                 oblong itu buah dada gadis itu tak terlindung kutang.
                    ”Bagaimana aku kelihatan, Anjing?” tanya Rengganis Si Cantik.
                    ”Jangan panggil aku Anjing, namaku Krisan.”
                    ”Baiklah Krisan,” dan Rengganis Si Cantik duduk di tepi tempat
                 tidur di samping anak lelaki itu. ”Aku lapar.”
                    Krisan pergi ke dapur dan mengambil sepiring nasi, dengan sa yur
                 bayam dan sepotong goreng ikan. Hanya itu yang ia temukan di lemari
                 makan. Ia memberikannya pada si gadis beserta segelas air putih, dan
                 gadis itu memakannya demikian lahap, meminta tambah ketika habis.
                 Krisan kembali ke dapur, mengambil porsi makan yang sama, dan
                 gadis itu memakannya dengan kerakusan yang tak berubah, seolah ia
                 tak pernah diajari bagaimana makan dengan cara yang benar. Krisan
                 bersyukur setelah porsi kedua gadis itu tak meminta tambah lagi, sebab
                 besok pagi ibunya akan bingung dan tak akan percaya jika ia berkata
                 makan sebanyak tiga porsi di malam hari.
                    ”Dan sekarang,” kata Krisan, sementara Rengganis Si Cantik mu lai
                 mengeringkan rambutnya, ”di mana anak bayi itu?”
                    ”Mati dimakan ajak.”
                    ”Tai,” kata Krisan, ”tapi syukurlah. Katakan apa yang terjadi.”
                    Rengganis Si Cantik menceritakannya. Malam itu ia pergi dari ru-
                 mah membawa bayinya, dengan tujuan yang telah pasti: gubuk gerilya
                 Sang Shodancho di tengah hutan tanjung. Lama hal itu telah menjadi
                 rahasia mereka bertiga: Rengganis Si Cantik, Ai, dan Krisan. Mereka
                 pernah mendengar tentang gubuk tersebut, dan pernah mencarinya se-
                 belum menemukannya. Dua atau tiga kali mereka pernah mendatangi-
                 nya lagi, dalam satu tamasya. Malam itu Rengganis Si Cantik pergi ke
                 sana bersama bayinya, tahu pasti itu sebagai tempat persembunyian pa-
                 ling hebat, yang bahkan Ai sendiri tak pernah menduga bahwa ia pergi
                 ke sana. Bayi itu sangat rewel, katanya, dan ia mencoba menyusuinya,
                 tapi tetap rewel. Ia tak me ngenakan apa pun, bayi itu, hanya dibelit
                 selimut dan dihangatkan pelukan ibunya.

                                             411





        Cantik.indd   411                                                  1/19/12   2:33 PM
   413   414   415   416   417   418   419   420   421   422   423