Page 422 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 422

Alasan itu tampaknya menenangkan Rengganis Si Cantik.
                    ”Jadi kapan kita kawin?”
                    Pertanyaan itu agak mengganggu Krisan, dan ia duduk di ujung tem-
                 pat tidur, tampak sebagaimana kebanyakan orang tengah berpikir. Ia
                 memandang Rengganis Si Cantik, kemudian memandang wajah mayat
                 Ai di bawahnya, lalu memandang pakaian yang menggantung di balik
                 pintu, memandang tumpukan novel-novel silatnya, me man dang bantal,
                 dan memandang Rengganis Si Cantik kembali. Gadis itu masih mena-
                 tap nya, menunggunya menjawab.
                    ”Malam ini juga,” kata Krisan.
                    ”Di mana?”
                    ”Aku sedang memikirkannya.”
                    Dan ketika gagasan itu muncul, ia segera mengatakannya pada
                 Rengganis Si Cantik. Mereka segera melucuti kain kafan yang menye-
                 limuti tubuh Ai, dan memberinya pakaian dari lemari Krisan. Pakaian
                 lelaki sebagaimana yang dikenakan Rengganis Si Cantik, berupa celana
                 dalam lelaki, celana jeans dan kaus oblong. Setelah mayat itu tampak
                 bagaikan gadis hidup biasa yang tengah berbaring, Krisan membuka
                 pintu kamar memeriksa kamar ibu dan neneknya, memastikan kedua
                 orang itu tertidur dengan lelap. Ia mengeluarkan sepeda mininya secara
                 diam-diam melalui pintu belakang, tanpa menimbulkan suara. Lalu
                 ia kembali lagi membopong mayat Ai, berjalan keluar kamar diikuti
                 Rengganis Si Cantik setelah mengunci pintu kamar. Mereka melang-
                 kah dengan langkah berjinjit, melalui dapur, dan ke halaman belakang
                 tempat sepeda itu menunggu. Rengganis Si Cantik duduk di boncengan,
                 mengapit mayat Ai yang ia peluk erat-erat agar tidak jauh, dan Krisan
                 duduk di depan. Dalam satu kali kayuh sepeda itu telah meninggal-
                 kan halaman rumah menuju jalan, di tengah malam di bawah lampu
                 jalanan. Melesat menuju laut.
                    Mereka beruntung tak banyak orang memergoki mereka. Kalaupun
                 ada satu dua orang berpapasan, mereka tak terlampau curiga pada se-
                 orang anak laki-laki tujuh belas tahunan membonceng dua gadis, dan
                 berpikir paling-paling mereka kemalaman dari tempat hiburan. Tak
                 se orang pun mengira bahwa mereka adalah Krisan, bahwa yang di
                 tengah adalah sesosok mayat yang ketika hidup bernama Ai, dan yang

                                             415





        Cantik.indd   415                                                  1/19/12   2:33 PM
   417   418   419   420   421   422   423   424   425   426   427