Page 419 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 419

Gubuk gerilya sesungguhnya bisa ditempuh selama delapan jam
              perjalanan jalan kaki, sebagaimana pernah mereka buktikan. Tapi
              Rengganis Si Cantik yang lari dengan bayinya membutuhkan waktu
              sehari semalam, tepatnya semalam sehari. Ia sedikit tersesat ke sana-
              kemari, dan ia berjalan sangat lambat. Ia telah berlaku sangat bodoh
              tidak membawa bekal apa pun. Maka mereka sampai ke gubuk gerilya
              dalam keadaan yang sangat kelaparan.
                 ”Tak ada apa pun yang bisa dimakan,” kata Rengganis Si Cantik.
                 Bagaimanapun ia anak kota, tak mengenal apa pun di hutan yang
              bisa dimakan. Tapi lama-kelamaan ia dipaksa untuk mencoba me ma-
              kan apa pun yang ditemukannya. Ia menemukan buah-buah kenari
              yang berjatuhan dari pohonnya, terpukau oleh tempurungnya yang
              keras, mencoba memecahkannya dengan batu, mencicipi rasa bagian
              dalamnya. Ketika ternyata rasanya cukup enak, ia mengumpulkan
              ba nyak buah kenari dan itulah makan malamnya yang pertama. Air
              tidak terlalu menjadi masalah, sebab di samping gubuk gerilya meng alir
              sebuah sungai kecil dengan airnya yang jernih.
                 Yang bermasalah adalah bayinya. Ia terus rewel. Sepanjang jalan ia
              telah menyumpal mulutnya dengan ujung selimut, agar pelariannya tak
              diketahui orang. Ia harus berlari di balik bayang-bayang pepohonan,
              tidak melalui jalan umum, melainkan menerobos kebun pisang dan ke-
              tela. Itu pun harus berhati-hati sebab banyak petani berkeliaran di malam
              hari untuk menengok sawahnya, atau para peronda, atau orang-orang
              yang mencari belut dan belalang. Ujung selimut cukup berhasil mem-
              bungkam kerewelan bayinya, namun nyaris membunuhnya. Ketika ia
              telah masuk hutan tanjung, ia ke mudian berani membuka sumpal itu dan
              berlari masuk ke dalam hutan dengan si bayi menangis terus-menerus,
              percaya tak ada orang lain berkeliaran di hutan tersebut malam-malam.
                 Di gubuk gerilya bayi itu masih tetap rewel meskipun ibunya telah
              menyusuinya. Bahkan di saat-saat akhir ia mulai menolak disusui. Ia
              ngom pol dan selimut yang membungkusnya basah, tapi Rengganis Si
              Cantik tak punya apa pun lagi untuk menggantinya, maka ia hanya
              menggeser-geser selimut tersebut, memindahkan da erah basah ke ba-
              gian luar. Namun dengan cara itu pun si bayi tetap menangis, dengan
              suaranya yang makin lama makin lemah. Baru kemudian Rengganis Si

                                           412





        Cantik.indd   412                                                  1/19/12   2:33 PM
   414   415   416   417   418   419   420   421   422   423   424