Page 44 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 44
Sang Kontrolir tak pernah datang lagi sebab seminggu kemu dian ia
ditemukan mati di kamar penginapannya oleh demam malaria. Peris-
tiwa tersebut telah terjadi bertahun-tahun lampau, dan ia merupa kan
orang terakhir dan satu-satunya yang mengunjungi rumah Ma Gedik
hingga malam ketika anjing kampungnya terbunuh oleh letusan sena-
pan pengemudi mobil Collibri dan seorang jawara menendang pintu
rumahnya. Mereka datang secara tiba-tiba untuk membawa kabar yang
lebih mengejutkan, bahwa Dewi Ayu ingin kawin dengannya. Ia tak
tahu kenapa ia ingin mengawininya, maka prasangka buruknya kemu-
di an muncul. Gadis itu tentunya telah bunting, dan ia dipaksa menga-
wininya untuk menutupi aib keluarga Belanda tersebut. Maka, masih
de ngan tubuh menggigil ia bertanya pada si jawara itu:
”Apakah ia tengah bunting?”
”Siapa?”
”Dewi Ayu.”
”Jika ia ingin kawin denganmu,” kata si jawara, ”itu pas ti karena ia
tak mau bunting.”
Dewi Ayu menerima calon mempelainya dengan suka cita, meskipun
Ma Gedik menerimanya lebih seperti malapetaka. Ia menyuruhnya
mandi, memberinya pakaian yang bagus, sebab penghulu sebentar lagi
datang, katanya. Namun itu tak juga membuat Ma Gedik bergembira,
sebaliknya, semakin dekat waktu perkawinan mereka, wa jahnya tampak
semakin murung.
”Tersenyumlah, Sayang,” kata Dewi Ayu, ”Jika tidak ajak-ajak akan
menyantapmu.”
”Katakan padaku, kenapa kau ingin kawin denganku?”
”Sepanjang pagi kau menanyakan hal yang sama,” kata De wi Ayu
dengan sedikit jengkel. ”Kau pikir orang lain punya alasan kenapa
mereka saling mengawini?”
”Paling tidak mereka saling mencintai.”
”Sebaliknya, kita tidak saling mencintai,” kata Dewi A yu. ”Alasan
yang bagus, bukan?”
Gadis itu baru berumur enam belas tahun, tampak elok se bagai per-
anakan campuran. Rambutnya hitam bercahaya, dengan mata kebiruan.
37
Cantik.indd 37 1/19/12 2:33 PM