Page 46 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 46

depan kelas dengan gempar melaporkan, pasukan Jerman memasuki
                 negeri Belanda dan mereka hanya butuh waktu empat hari untuk men-
                 dudukinya. Anak-anak sekolah dibuat terpana, atau terkagum-kagum,
                 bahwa perang ternyata sungguh-sungguh ada dan bukan sekadar omong
                 kosong cerita di buku sejarah. Lebih dari itu, perang tersebut melanda
                 negeri leluhur mereka, dan Belanda ternyata kalah.
                    ”Setelah Prancis, kini Jerman mendudukinya,” kata Dewi Ayu.
                 ”Benar-benar negeri yang malang.”
                    ”Dewi Ayu, apa maksudmu?” tanya Suster Maria.
                    ”Maksudku, kita punya terlalu banyak pedagang daripada ten tara.”
                    Ia memperoleh hukuman membaca Mazmur karena komentarnya
                 yang kurang ajar. Bagaimanapun, di antara banyak teman sekolahnya,
                 Dewi Ayu merupakan satu-satunya anak yang menikmati berita perang
                 dan membuat ramalan yang mengerikan: perang akan sampai ke Hindia
                 Belanda, dan bahkan ke Halimunda. Meskipun begitu ia ikut doa ber-
                 sama yang diadakan para suster untuk keselamatan keluarga-keluarga
                 mereka yang tinggal di Eropa, tak peduli Dewi Ayu merasa tak memiliki
                 siapa pun di sana.
                    Kecemasan terhadap perang juga melanda rumah, terutama karena
                 kakek dan neneknya, Ted dan Marietje Stammler, pu nya banyak ke-
                 luarga di Belanda. Mereka terus-menerus bertanya soal surat-surat dari
                 Belanda, yang tak juga muncul. Dan terutama, mereka mengkhawatir-
                 kan ayah dan ibu Dewi Ayu, Henri dan Aneu Stammler, yang melarikan
                 diri kemungkinan besar ke Eropa. Mereka pergi begitu saja di suatu
                 pagi enam belas tahun lalu, tanpa pamit, hanya meninggalkan Dewi
                 Ayu yang masih orok. Meskipun apa yang mereka lakukan sungguh-
                 sung guh membuat keluarga itu berang, kenyataannya mereka tetap
                 meng khawatirkannya.
                    ”Di mana pun mereka berada, kuharap mereka bahagia,” kata Ted
                 Stammler.
                    ”Dan jika Jerman membunuh mereka, keduanya akan hi dup bahagia
                 di sorga,” kata Dewi Ayu. Ia kemudian membalasnya sen diri: ”Amin.”
                    ”Setelah enam belas tahun, kemarahanku telah dibuat reda,” kata
                 Marietje. ”Berharaplah kau bisa bertemu dengan mereka.” Kalimatnya
                 ditujukan untuk Dewi Ayu.

                                              39





        Cantik.indd   39                                                   1/19/12   2:33 PM
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51