Page 50 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 50
biaya apa pun. Itu waktu-waktu ketika semua pelajaran se kolah hanya
berisi cerita tentang perang, yang diceritakan dengan pe nuh khawatir
bahwa perang itu akhirnya sungguh-sungguh sampai di kota ini, di ha-
laman depan rumah mereka. Dewi Ayu yang tak sabar dengan pembica-
raan tanpa henti itu kemudian berdiri dan berkata dengan lantang:
”Daripada duduk kebanyakan bicara, kenapa kita tidak belajar me-
nem bak dengan senapan dan meriam?”
Untuk kata-katanya, dengan sangat terpaksa para biarawati itu ke-
mudian mengirimnya pulang ke rumah. Mereka meng hukumnya selama
seminggu dan hanya karena perang kakeknya tak memberi hukuman
tambahan. Ia kembali ke sekolah meskipun tak tinggal di biara pada
hari yang sama ketika bom jatuh di Pearl Harbor, dan Suster Maria
yang mengajar sejarah dengan muka berseri-seri ber komentar, ”Saatnya
Ame rika turun tangan.”
Tiba-tiba mereka mulai menyadari bahwa perang sudah demikian
dekat, merayap bagaikan seekor kadal di rerumputan, perlahan-lahan
namun pasti mulai menutupi permukaan bumi dengan darah dan mesiu.
Ramalan Dewi Ayu tampaknya segera akan terbukti. Memang bukan
pasukan Jerman yang tengah mendekat, tapi Jepang. Bagaikan seekor
harimau mengencingi daerah kekuasaannya, bendera-bendera matahari
merah mulai berkibar di Filipina, dan tiba-tiba sudah berkibar pula di
Singapura.
Di rumah, hal itu menjadi masalah yang lebih besar lagi dan nyaris
tak bisa dipecahkan. Sebagaimana semua lelaki de wasa, Ted Stammler
yang belum termasuk golongan orang tua jompo memperoleh panggilan
untuk masuk wajib militer. Ini sungguh-sungguh keadaan yang jauh
lebih menyusahkan daripada peng hematan-penghematan uang belanja.
Hanneke memberinya beberapa jimat sambil menangis dan Dewi Ayu
memberinya nasihat bagus, ”Tertawan musuh jauh lebih menguntung-
kan daripada tertembak mati.”
Ted akhirnya pergi tanpa seorang pun tahu ia akan ditempatkan di
mana. Kemungkinan besar di Sumatera untuk menghadang laju tentara
Jepang menuju Jawa. Bersama lelaki-lelaki lain, sebagian besar merupa-
kan keluarga orang-orang perkebunan, Ted berangkat meninggalkan
Hali munda dan keluarga. ”Sumpah mati, ia bahkan belum pernah
43
Cantik.indd 43 1/19/12 2:33 PM